07.00 WIB
Sabtu, 25 September 2010
SMPN 21 Terpadu
KRIIING.... KRIIING... KRIIING...
Bel masuk berbunyi dengan keras , semua siswa masuk ke kelasnya
masing-masing. Berbeda dengan kelas lainnya, siswa kelas 9 justru turun dan
berkumpul untuk melaksanakan Pengenbangan Diri (PD).
Sekilas info: PD singkatan dari Pengembangan Diri. Bertujuan untuk mengembangkan
bakat-bakat yang ada dalam diri siswa, seperti
bakat seni atau olahraga. berbeda dengan ekstrakulikuler yang berada
diluar jam sekolah, PD berada dalam jadwal mata pelajaran, yaitu 1 jam mata
pelejaran untuk 1 minggu.
Sebelum melakukan PD, siswa diwajibkan untuk melakukan Senam
Kesehatan Jasmani terlebih dahulu.
“semua kelas 9 ayo cepat turun. Turun anak-anak, bel sudah berbunyi.
Seharusnya kalian tidak usah disuruh-suruh lagi. Tidak perlu diingat-ingatkan.
Kalian sudah besar. Sudah kelas 9.”
Begitulah kira-kira omelan dari seorang guru yang tidak usah
disebutkan namanya.
“satu... dua... tiga...”
Terdengar suara guru mulai menghitung . Suara ini bukan berasal dari
guru yang tadi. Suara ini berasal dari guru lain. Memang, biasanya PD diawasi
lebih dari satu guru. Biasanya pengawas merupakan wali kelas.
“hitungan kesepuluh kalian sudah harus ada di depan aula. Yang belum
sampai harus jalan jongkok dari dimana kamu berdiri sampai ke depan aula.
“woi, turun woi... turun...”
Terdengar suara seorang siswa meneriaki teman-temannya untuk segera
turun. Padahal biasanya gertakan seperti itu tidak ada artinya bagi mereka.
Setalah sampai di depan aula semua siswa justru sibuk sendiri. Ada yang sibuk main sepak
bola, ada yang main volly, ada yang sekedar duduk-duduk saja sambil ngerumpi.
Padahal mereka semua tahu seharusnya mereka segera berbaris dan mulai senam.
Tapi dasar anak manja kalo ngak disuruh baris, ya ngak baris.
GURU NGOMEL mode: ON
“yang lagi main bola, yang lagi duduk-duduk ayo cepat baris. Yang
tidak mau, ya sudah. Ikuti saja hati nuranimu, jangan dengarkan guru. Kalian
sudah besar. kalian sudah kelas 9. Guru itu tidak ada apa-apanya.“
Karena takut keadaan akan bertambah parah, dengan terpaksa siswa
kelas 9 segera berbaris.
“ayo nak, tunjukkan keberanianmu, ikuti hati nuranimu, jangan
dengarkan guru. Kalian itu sombong! Baru kelas 9 udah sombong! Asal kalian tahu
nak, kami para guru juga pernah menjadi siswa kelas 9, pernah jadi siswi kelas
9. Jangan sombong anak-anak. (bla... bla... bla...)”
Setelah guru puas mengomel, “musRik...” radio tape pun dinyalakan.
Tet...tereret... tereret... tum, tum, tum,
Tet... tereret... tereret... tum, tum, tum,
Satu... dua... tiga... empat...
Lima... enam... tujuh... delapan...
Dua... dua... tiga... empat...
Lima... enam... tujuh... delapan...
Begitu kira-kira suara kaset yang terdengar. Semangat sekali.
Tapi apa yang terjadi? Hampir semua siswa yang berbaris di depan
aula tidak melakukan gerakan dengan benar. Bahkan tidak sedikit yang tidak
melakukan gerakan apapun. Hanya sekedar berdiri dan diam saja. Padahal mereka
semua tahu bahwa gerakan yang mereka lakukan sama sekali tidak bermanfaat. Loh
kok masih dilakukan? Jawabannya malas, malas mau senam, malas panas-panasan,
malas berkeringat, ngak semangat, ngak ada niat, ngak keren, ngak gaul, norak
rasanya kalau senam ramai-ramai dilapangan, kaya tante-tante aerobic, kaya anak
SD. Padahalkan bermanfaat.
Lalu bagaimana caranya bikin mereka semangat? Bikin senam jadi
keren, gaul, n’ ngak jijay?
Ayo kirimkan komentar anda n bertukar fikiran dengan saya.
n_n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar