03.56 pm
Aku duduk di bangku bus sembari memasang headset di telinga
ku. Sesekali aku melihat ke luar jendela, kemudian sibuk lagi dengan hp ku.
Beberapa sms dari mama ku. Kelihatannya ia agak khawatir melepas ku pergi
liburan sendirian ke tempat yang jauh dan lumayan asing juga. Tapi ini pilihan
ku, mama tidak dapat berbuat banyak kecuali mengirim sms memastikan aku akan
baik-baik saja.
ia ma, auri udah di bus. Bentar lagi jalan.
Oh iya, hati-hati.
Bus mulai bergerak, aku agak kaget saat bus tiba-tiba
berjalan karena sedari tadi aku memang tidak peka dengan lingkungan sekitar ku.
Aku menghela napas
Sudah lama aku tidak naik bus. Aku sendiri lupa kapan
terakhir aku naik kendaraan semacam ini. Mudah-mudahan aku tidak mabuk di
jalan. u,u
Sepanjang perjalanan aku merasa sepi. Yah, aku memang pergi
sendirian. Tapi bus ini juga tidak penuh akan penumpang. Kembali aku melirik
jendela. Terlihat pemandangan-pemandangan di luar jendela. Ruko-ruko. Rumah
makan. Masjid. Jalanan tidak sepi, tapi juga sama sekali tidak padat. Bus
melaju dengan kencang. Aku menutup jendela bus karena takut masuk angin. Agak sedikit
keras, sekuat tenaga aku mendorongnya. Huf, akhirnya tertutup.
Bosan. tidak ada suara-suara gosip. Tidak ada tawa dan
lelucon. Bosan. buku-buku yang aku bawa untuk menemani perjalanan sama sekali
tak berguna. Tak menarik untuk di baca. Bukan, bukan karena ceritanya, tapi
moodnya yang gak ada.
Aku mulai memejamkan mata. Masih ditemani lagu-lagu yang
terus terdengar dari headset. Tidak ada sms maupun telepon. Tidak ada kecemasan
yang mengganggu.
08.18
Bus berhenti di terminal. Di ujung jalan sana ada motel. Di
tempat itulah aku akan menghabiskan beberapa hari libur ku. Jauh dari teman.
Jauh dari keluarga. Jauh dari kebisingan dan penat. Di sinilah aku akan
mendapat semangat baru. Aku harap.
Aku berjalan kaki menuju motel itu. Dengan susah payah aku
menyeret koper ku. Bukan, bukan kopernya yang berat, koper itu ada rodanya
tentu mudah untuk membawanya. Yang jadi masalah adalah aku duduk di bus selama
4 jam. lalu harus berdiri. Berjalan. Sambil membawa koper dan tas bincing. Huf…
Sampai. Sekarang aku sudah di motel. Aku memesan sebuah
kamar. Bukan sebuah kamar yang mahal, tapi tidak murahan juga tentunya. Aku
mengambil kunci dan menuju kamar.
Aku membuka pintu. Menghidupkan lampu. Dan meletakkan koper
dan tas.
“Uuuhhhh, capek”.
Aku menggoyang-goyangkan badan ku. Terdengar tulang-tulang
sendi ku berbunyi.
“Ah, enak e…”. aku tersenyum
riang.
Aku segera mengambil handuk lalu mandi. Aku melirik koper,
ah laptop. Pengen update. Uh, capek. Aku mengambil laptop ku lalu menyimpannya
di laci. Aku sudak terlalu capek, aku harus istirahat.
05.00
Terdengar suara kasak-kusuk di bawah. Mungkin pekerja motel
sedang bersih-bersih. Aku segera membuka mata ku dan bangun. Aku menuju kamar
kecil. Setelah selesai cuci muka dan gosok gigi aku membuka gorden. Aku melirik
ke segala penjuru alam di luar sana. Tampak ada jalan besar. Bukan, bukan jalan
yang besar. Tepatnya ini adalah jalan raya yang ada di tempat ini.
Aku kembali ke tempat tidur mencari-cari hp ku. Ah, di bawah
bantal. Aku segera menyalakan mp3. Lalu mandi.
Setelah selesai
dengan semua itu aku siap turun untuk sarapan.
Di motel ini ada kantinnya. Dengan T-shirt dan celana pendek
aku pergi ke kantin lalu sarapan. Kemudian naik lagi ke kamar dan membaca
buku-buku yang sudah ku bawa sambil ngemil cemilan yang aku beli di kantin
tadi. Sesekali ku hentikan bacaan ku ketika adzan terdengar.
Selesai sholat azar aku turun ke bawah. Kali ini ku putuskan
untuk jalan-jalan sebentar. Aku menuju pintu luar motel. Di sebrang sana
terlihat lapangan luas, mungkin lapangan bola, entahlah, aku tidak begitu
yakin. Terlihar orang-orang yang bermain kelayang, tidak hanya anak kecil,
orang dewasa justru mendominasi di lapangan tersebut. Aku melihat ke arah
langit, melihat layang-layang yang mereka terbangkan. Kemudian tersenyum
sembari menghela napas.
Aku melihat ke arah kiri. Ada seorang anak yang duduk juga
sedang melihat layang-layang. Tak lama kemudian ia menoleh ke arah ku. Aku
tersenyum padanya. Ia juga.
“sewa sepeda kak?”
aku mengangguk pelan. “berapa?”
“5 ribu per hari”
Curang, aku kan ngak bakalan memakai sepeda ini seharian.
u,u
Aku mengeluarkan lembaran 5 ribu dari dompet ku. Lalu
mengambil sebuah sepeda yang siap mengantar ku jalan-jalan.
“Di sana ada pantai” anak
itu menunjuk ke arah kiri
Aku mengangguk pelan sembari tersenyum. Lalu mengengkol
sepeda menuju pantai.
Benar, di sebelah kiri jalan memang terlihat pantai. Angin
sepoy-sepoy meniup-niup rambut ku. Dingin. Aku terus jalan. Dimana, dimana
jalan masuknya? Bagaimana caranya aku sampai di tepi pantai?
Tak lama kemudian aku melihat semacam gang kecil, di atasnya
ada tulisan “WELCOME”. Ah, ini dia jalan masuknya.
Tidak ada tempat karcis, tidak ada tukang jaga, tidak ada
siapapun di sini. Hanya angin sepoy-sepoy yang sedari tadi menyambut kedatangan
ku.
aku mengengkol pedal sepeda dengan riang. Aku memarkir
kepeda ku. Lalu berjalan melewati pasir-pasir putih menuju air laut dengan
gelomang-gelombang indahnya.
Tapi kemudian aku memutar arah. Di sebelah sana tampak
sebuah tempat yang aneh. Tempat itu lebih hijau. Lebih banyak pohon. Tempatnya
juga menanjak. Seperti bukit. Yah, sepertinya memang bukit.
Aku berjalan menuju bukit aneh itu. Aku melihat ke bawah.
Wah, indah sekali. Di bawah sana terdapat danau. Airnya jernih sekali.
Sepertinya tidak terlalu dalam. Aku menuruni bukit itu perlahan. Aku membuka
jaket dan sandal ku. Lalu berlari ke arah danau. Dan byuuur… aku menceburkan
diri ku ke danau itu. Menenggelamkan seluruh tubuh dari ujung kuku sampai ujung
rambut. Ternyata danaunya cukup dalam, dan yang tadi itu hanya fatamorgana
rupanya.
Aku terus berputar-putar dalam air. Seolah aku sedang
menari. Seolah aku sedang terbang. Sesekali aku membalikkan badan ku seolah aku
berbaring di atas air. Aku masih saja sibuk berenang. Melihat dasar danau
dengan mata telanjang. Terlihat batu-batu indah di bawah sana. Aku muncul
kepermukaan untuk menarik napas. Aku melihat sebuah lubang di sudut bukit
seberang sana. Awalnya aku penasaran, namun urung niat ku menghampirinya karena
takut. Aku segera beranjak. Mengambil jaket dan memasang sandal. Lalu menuju
sepeda.
Lagi, aku meneruskan perjalanan ku di jalan raya. Kali ini
aku mendorong sepeda ku karena jalannya menanjak, aku yakin aku tidak sanggup
untuk mengengkol di tanjakan ini. Saat hampir di puncak aku melihat sepasang
kekasih sedang berpacaran. Tak ingin menggaggu, ku hentikan langkah ku. Aku
melihat ke arah kiri jalan. Masih pemandangan pantai. Hanya saja kali ini lebih
indah karena aku berada di ketinggian.
Perut ku mulai terasa lapar. Ku putuskan untuk kembali ke
motel. Saat mengembalikan sepeda dan memasuki motel tampak beberapa orang
melirik ke arah ku. Mungkin karena celana ku tampak basah. Aku segera menuju
kamar dan mandi. Melahap cemilan yang masih tersisa di kamar lalu menyalakan
tv. Tak ada acara yang menarik. Kuputuskan untuk tidur.
Keesokan paginya
Terdengar suara adzan. Tiba-tiba aku ingin sekali pipis. Aku
berjalan membuka pintu kamar menuju toilet dengan menutup mata. Menyalakan
lampu, membuka celana, duduk, lalu pipis. Masih dengan menutup mata. Tiba-tiba
aku bingung. Tunggu, tunggu dulu. Bagaimana bisa aku hapal tempat ini. Toilet
berada di luar kamar??? Aku segera membuka mata ku. Apa, toilet rumah? Aku
masuh di rumah???
Hah, ternyata yang tadi itu cuma mimpi. Aku menghabiskan
liburan semester kali ini hanya di rumah. kasian, kasian. u,u
Tidak ada komentar:
Posting Komentar