mereka-mereka yang udah sempat berkunjung termasuk kamu... n,n

ucapan terima kasih dari MerisaSuryani (AURI) :

terima kasih atas kunjungannya...
lain kali mampir lagi ya... :*

Kamis, 16 Februari 2012

Dia, Atau Mungkin Mereka BUKAN PELARIAN KU !

Semua berawal ketika Indri mengirimkan sesuatu ke dinding facebook ku.
[Kasian yah, yg gk blh pcrn. Gk pnya cwk jd sms’an sma pcr org]
Lampu di BB ku menyala. Aku langsung membuka akun FB ku. Aku membaca tulisan yang baru saja dikirim Indri.
Sontak emosiku naik. Aku memang agak sensitive dengan masalah-masalah cowok. Yah, mungkin karena aku belum pernah dan belum boleh pacaran.
Aku selalu menganggap masalah cowok adalah urusan gampang. Apa susahnya cari cowok ? di setiap sudut tempat pasti ada cowok. Di sekolah, di pasar, di tempat ibadah, dan lain-lain.
Aku paling gak suka liat orang bertengkar hanya gara-gara masalah sepele yang muncul gara-gara cowok. Bagiku, perempuan-perempuan yang bertengkar hanya gara-gara cowok adalah perempuan yang gak punya harga diri. Bagaimana tidak ? wong cowok ada dimana-mana kok malah ngerebutin yang satu itu aja ???
Tapi sekarang, malah aku yang kena batunya. Cuma gara-gara berkirim pesan singkat dengan teman sekelas, aku mendapat masalah sepele yang dibikin dege. Inti masalahnya cuma salah paham. Yaelah…
Kasian yah, yang gak boleh pacaran. Gak punya cowok jadi sms-an sama pacar orang
Cewek yang suka cemburuan adalah cewek yang takut kalah saing. Takut kalau pacarnya di ambil orang.
Aku cemburu artinya aku sayang, aku cinta sama dia !
Aku tahu kamu pacarnya dimas. Tapi gak gini-gini juga kale… kamu tahu aku teman sekelasnya dimas, ya wajar dong kalo aku dekat sama dia. DEKAT SEBATAS TEMAN.
Kalo kamu perempuan, kamu harusnya ngerti kalo dimas itu udah punya pacar. Kamu harusnya bisa jaga attitude, gimana caranya berhubungan dengan pacar orang. Inget, KALIAN CUMA TEMAN !
What the hell ? kamunya aja yang sok protect, AKU SAMA SEKALI GAK ADA PERASAAN APA-APA SAMA DIMAS !!!
Aha… buktinya udah jelas, kamu sms-an sama dimas mulu…
Sms-an sama dimas mulu ??? kayak gak ada teman laen aja… woy, teman gue tuh banyak, gak Cuma dimas doang.
So ???
Begitulah kira-kira apa yang aku dan Indri ributkan di FB. Semalaman aku berdebat dengannya di dunia maya. Memperdebatkan kesalah-pahanam, memperdebatkan tentang dimas, tentang cowok !
Keesokan harinya, aku sampai di sekolah dengan wajah kusut. Seperti biasa beberapa teman yang kesehariannya menjaili teman-teman lain juga menjailiku. Tapi hari ini aku benar-benar bad mood.
Aku hanya membalas mereka dengan berkata,
lagi bad mood
Ciyeee… lagi bad mood… kenapa tu… ? kembali mereka menggoda ku
Serius, lagi bad mood.
Karena merasa tidak asyik menjailiku, mereka akhirnya pergi untuk menjaili teman-teman yang lain.
Pelajaran terakhir tiba. Guru mata pelajaran tidak hadir dikarenakan ada kerabatnya yang meninggal di luar kota. Aku bad mood. Sedari tadi ku coba untuk menenangkan hatiku. Tapi hati ini masih saja sakit. Aku merasa direndahkan oleh Indri tadi malam.
Ku pikir inilah saatnya aku bicara dengan Dimas. Inka teman sebangku ku sedang asyik bergosip di belakang besama Nabila, Dewi dan Dinda.
Aku memanggil Dimas yang sedang asyik bermain hp di bangkunya. “Mas,” *aku melambai-lambaikan tangan ku.
Ia menoleh, dan langsung menghampiriku.
Kenapa ?
Aku menepuk-nepuk kursi Inka sebagai tanda menyuruhnya duduk. Ia pun duduk di sebelah ku. Aku memberikan hp ku padanya. Di hp itu, akun FB ku sedang on. Aku memperlihatkan percakapan ku dengan Indri tadi malam. Ia membacanya dengan seksama. Aku melipat tangan ku di atas meja, lalu meletakkan kepala ku di atasnya.
Beberapa menit kemudian aku mengangkat kepala ku, Menghadap ke depan.
Dari omongan Indri, seolah-olah aku tu mainin kamu, jadiin kamu sebagai pelarianku karena aku gak punya pacar. Padahalkan engak Mas… L
*dimas mengangguk lemah. Mungkin ia masih bingung harus berbuat apa.
Aku gak ada perasaan apa-apa sama kamu. Kita kan teman, sekelas lagi.
*aku mengangkat tangan ku, dimas menepukkan tangannya dan tangan ku. Aku selalu begitu, bagi ku tepukan tangan merupakan simbol bahwa kita adalah teman.
Kalo teman ya teman aja… lanjut ku.
Iya, iya… nanti biar aku yang ngomong sama Indri.
Dimas melangkah pergi. Tap, tap, baru dua langkah ia berjalan, ia membalikkan badannya lagi ke arah ku.
Lagian, aku juga udah putus sama Indri. Mungkin dia lupa kalo kami sudah putus.
Mendengar kalimat itu aku langsung berdiri. Emosi ku benar-benar sudah di ubun-ubun. Aku tak mampu lagi menahannya.
Tu kan, indri itu bukan lagi pacar mu ! lalu kenapa dia menulis hal konyol itu di dinding ku ???
Teman-teman sekelas semua melihat ke arah kami. Tapi aku tak peduli.
Indri di kelas X F kan ???
Aku berjalan menuju pintu. Aku ingin sekali menampar pipi Indri waktu itu. Aku ingin ia tahu bahwa aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Dimas. Aku ingin dia ingat kalau dia sudah putus dengan Dimas. Aku ingin dia sadar bahwa bertengkar hanya gara-gara cowok adalah tindakan yang rendah, memalukan dan menjijikan. Aku benar-benar ingin melakukannya.
Tap, tap, tap, aku menghentakkan kaki ku ke lantai.
Dimas segera menghentikan langkah ku.
Tunggu Mer, biar aku yang menemui Indri. Biar aku yang bicara dengannya.
Aku ingin selesaikan masalah ku sendiri.
Tapi ini masalah ku juga. Biar aku yang bicara.
Kalau kau memang ingin bicara, kita bicara bertiga. Aku ingin melihat wajah indri. Aku ingin melihat ekspresinya ketika kau bilang bahwa kau dan dia sudah putus !!!
Perhatian teman-teman sekelas tertuju kepada kami. Mereka semua kaget. Mereka juga bingung. Beberapa diantaranya menghampiri kami.
Ada apa ini ?
Kenapa mer ?
Indri ! Indri mantan Dimas yang berulah !!! dia menyerang ku di FB. Dia merendahkan harga diri ku dengan kalimat-kalimat konyolnya di dunia maya. Aku benci itu ! aku tidak suka !
Apa yang di tulisnya ?
Dia bilang aku penggoda pacar orang. Ia mengira aku ada hubungan dengan Dimas.
Kenapa ? kenapa bisa begitu ?
Entahlah, aku tidak tahu. Yang jelas aku benci sekali dengan perbuatannya.
Sudahlah Mer, mungkin dia hanya salah paham.
Salah paham ??? kau. Orang sepertimu tidak akan bisa mengerti aku ! orang-orang seperti kalian tidak akan bisa mengerti jalan pikir ku dan ibu ku ! kalian tidak akan pernah mengerti !!!
Aku hanya ingin buktikan ke kalian kalau tanpa pacar aku masih bisa jalani hidup, aku masih bisa hepi, aku masih bisa jadi remaja normal. Aku ingin kalian melihatnya, aku ingin kalian merasakan bahwa berteman itu lebih baik daripada pacaran…
Inka mengusap-usap air mata ku dengan tisu yang diberikan oleh Barita. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang teman. Dewi mengelus-elus bahuku. Teman-teman yang lain juga berusaha menenangkan keadaan.
Tiba-tiba bel sekolah berbunyi. Waktunya pulang. Karena tidak ingin masalahnya terdengar di kelas lain teman-teman menyruhku duduk. Dimas beranjak pergi, tapi bukan melarikan diri. Ia mendatangi Indri.
Apa yang kau lakukan ?
Apa ?
Oh, Merisa ? apa dia mengadu pada mu ? sudah ku duga.
Dia teman ku. Kau tahu itu.
Ya, dia memang teman mu. Tapi kenapa sms mu seperti itu ?
Seperti apa ?
Seperti apa ? seperti apa yang di tulisnya di blog ! aku tidak suka melihatnya.
Di tempat lain. Tepatnya di kelas X D. aku masih diamankan oleh teman-teman ku.
Aku diam duduk di kursi ku. Beberapa teman lain sudah pulang. Tinggal Inka, Said, Deni, Dewi, Eky, Devi Saputri dan Fajar. Mereka masih di kelas, masih menemani ku.
Deni, Eky dan Fajar saling melemparkan lelucon kecil. Teman-teman lain tertawa. Lucu. Tapi sama sekali tak mempan bagi ku.
Aku diam cemberut, menatap ke papan tulis. Mata ku sembab. Hidung ku mampet. Nafas ku tersedu-sedu. Said duduk di bangku Inka. Tepat di sebelah ku. Tiba-tiba ia mengarahkan wajahnya tepat di wajah ku. Hanya wajahnya yang saat itu memenuhi bola mataku. Ia tersenyum. Senyum andalannya. Senyum aneh yang lucu. Senyum yang selalu bisa membuat ku ikut tersenyum.
1, 2, 3 aku mulai memalingkan wajah ku.
Kembali ia arahkan wajahnya ke depan wajah ku
4, 5 aku benar-benar tidak tahan. Akhirnya aku pun tersenyum. Teman-teman bersorak gembira, akhirnya aku tersenyum lagi. Kini keadaannya sudah mulai tenang. Kami bersiap untuk pulang.
Di luar sana dimas dan indri masih beradu mulut.
Tapi kenapa ? hubungan kita sudah berakhir. Kau yang putuskan itu !
Aku tahu !!!
Lalu apa hak mu mencampuri urusan ku !
Aku tidak suka melihat mu dengannya. Hati ku sakit, kau tahu ?
Lalu kenapa kau putuskan hubungan kita ???
Aku berjalan menghampiri mereka. Teman-teman nampak khawatir. Tapi mereka tak mampu menghentikan ku. Mereka semua terpaku melihat ku berjalan menuju kelas X F.
Kali ini akhirnya tak ada yang menghadang ku. Akhirnya aku bisa bertatap muka dengan Indri. Kini aku benar-benar sudah ada di dekatnya. Aku bisa saja menampar keras pipinya. Tapi tidak ku lakukan. Aku justru memeluknya. Dia agak sedikit bingung.
Aku tahu kau masih sayang dengan teman ku. Jika kalian balikan, jangan pernah sia-siakan teman ku lagi.
Aku memang tidak pernah pacaran. Tapi bukan berarti aku kesepian.

TAMAT
BUKAN diangkat dari kisah nyata. :D
Cerpen di atas sama sekali gak pernah terjadi di kehidupan nyata ku. (insya’allah) GAK AKAN PERNAH. :p

Sabtu, 11 Februari 2012

aurelia aurita, sepotong kisah tentang mu juga ibu ku

Aurelia aurita, ciptaan Tuhan yang paling indah
 Dia adalah gadis kecil yang cantik. Sama dengan gadis keturunan Banjar pada umumnya, kulitnya putih bersih, rambutnya hitam terurai, dan hidungnya… tentu saja berbentuk berbentuk bangir.  

Aurelia aurita, sederhana tapi anggun
Ia terlahir di keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru. Ibunya seorang istri yang taat pada suami. Diam di rumah sembari membuat kue untuk dititipkan di warung. Meski tinggal di desa kecil, Dia tidak pernah merasa kesepian. Bagaimana tidak, ia adalah anak kedua dari delapan bersaudara.
Hidup yang sederhana ini selalu membuatnya tegar. Ia tahu betul dengan keadaan kelurganya ia harus mandiri. Walau ia baru kelas 1 SMP, ia sudah mampu memikirkan masa depannya.
Kehidupan sederhana inilah yang memotivasinya untuk menggapai cita. Ia tidak pernah takut bermimpi. Ia selalu percaya tuhan akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Ia tahu tuhan selalu melihat perjuangannya. Ia yakin tuhan selalu dekat dengannya meski ia sendiri tak pernah melihat sosok tuhan. Tuhan akan mudahkan segalanya untuknya. Ia percaya itu.

Cerita dimulai…
Waktu itu liburan sekolah. Ia dan kakaknya memohon-mohon kepada ayah agar diizinkan pergi ke pasir panjang bersama teman-teman.
Ayah. Kami ingin sekali pergi ke pasir panjang. Kami ingin melihat lautan. Ingin bermain di pantai.
Iya ayah, kami ingin pergi berlibur ke pasir panjang…
Jangan. Siapa yang akan menjaga kalian di sana ?
Kami akan saling menjaga satu sama lain, ayah.
Menjaga diri sendiri saja belum tentu bisa. Bagaimana kalian akan menjaga satu sama lain ?
Maka dari itu kami akan selalu bersama.
Lagi pula masih ada teman-teman dan guru pembimbing, ayah.
Temanmu akan sibuk sendiri. Gurumu tidak akan mampu mengawasi anak yang ramai seperti itu.
Ayolah ayah. Kami tidak akan apa-apa.
Iya ayah, kami akan baik-baik saja. Percayalah ayah…
Tapi sayang, ia dan kakaknya tetap tak diizinkan. Karena kasihan, sang ibu akhirnya mengambil tindakan.
Sudahlah, Yah. Mereka sudah mempersiapkan segalanya untuk hari ini. Mereka sudah mempersiapkan pakaian dan bekal. Sayang kalau tidak jadi pergi.
Tapi…
Sudahlah Yah, percayakan segalanya pada mereka.
Akhirnya sang ayah pun mengizinkan.

Aurelia aurita, pendiam tapi selalu ceria
Berangkatlah ia dan teman-temannya ke pasir panjang. Sepanjang perjalanan terdengar suara canda-tawa dan nyanyian bersama. Ia dan teman-temannya amat senang bisa berlibur ke pasir panjang. Jarang-jarang bagi mereka si anak desa bisa bepergian seperti ini.

Aurelia aurita, kau suguhkan keindahan tempat tinggalmu
Sesampai di sana, ia dan teman-temannya langsung berlarian di atas pasir-pasir putih. Angin sepoy-sepoy meniup rambut panjangnya. Tak cukup dengan bermain-main di atas pasir, ia dan teman-temannya menceburkan diri ke laut. Bermain-main dengan ombak. Menenggelamkan seluruh tubuhnya ke laut. Masih dengan canda-tawa, ia berenang-renang ke sana – ke mari.

Aurelia aurita, makhluk indah tapi mematikan. Kau siksa dia hingga dia hampir mati !
Lelah berenang ia pun beranjak naik. Tiba-tiba ia merasakan perih di sekujur tubuhnya. Seperti ada luka. Seperti luka bakar. Entahlah bagaimana persisnya, yang jelas perih sekali. Matanya langsung terbelalak ketika ia melihat lendir-lendir seperti telur kodok yang menempel di tubuhnya. Lendir apa ini ? kenapa perih sekali ?
Mendadak ia muntah-muntah. Muntahan itu berwarna kuning. Badannya terasa goyang. Seolah ia berada di atas kapal yang terombang-ambing. Ia tak mampu menyeimbangkan badannya. Kesadarannya menurun. Lama-kelamaan ia tak sadarkan diri. Ia roboh. Semuanya gelap. Padahal ia belum menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Semua orang panik. Karena ternyata bukan hanya dia yang menjadi korban. Orang-orang yang tadi berenang ternyata disengat ubur-ubur.
Ia di bawa ke sebuah perkampungan dekat pantai. Korban-korban lain juga begitu. Tapi sayang, banyak dari mereka akhirnya meninggal. Ia masih tak sadarkan diri. Masih lemah. Masih gelap. Masih tak tahu apa-apa.
Ia di bawa ke sebuah rumah. pemilik rumah itu adalah sorang wanita bisu. Wanita itu memijat-mijat tubuhnya. Apakah wanita itu tukang pijat ? entahlah, tapi kemungkinan begitu.


Aurelia aurita, tuhan maha pengasih lagi penyayang. Tuhan selamatkan dia dari malapetaka yang kau ciptakan. Malaikat pencabut nyawa pergi meninggalkan roh dan jasadnya yang masih diam membeku, tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian ia terbangun. Kembali ia muntah-muntah. Wanita bisu memberinya semacam ramuan untuk diminum. Ia pun meminumnya perlahan.
*Sruuup… diminumnya ramuan itu. Kemudian terdiam, tampak masih bingung. Kemudian *sruuup, kembali ia meminum ramuan itu. Begitu berulang-ulang hingga ramuannya habis.
Orang-orang banyak yang berusaha mengajaknya bicara untuk memastikan ia baik-baik saja, juga untuk mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ia hanya terdiam. Ia masih lemah dan shock atas peristiwa siang tadi. Bagaimana tidak, peristiwa siang tadi hampir saja merenggut nyawanya.
Kau baik-baik saja ?
Kepalamu pusing ?
*ia mengangguk lemah
Badanmu terasa sakit ?
*kepalanya menggeleng perlahan
Ia masih kelihatan bingung. Wajah pucatnya perlahan-lahan mulai merona. Keadaanya mulai membaik. Teman-temannya lega. Begitu juga dengan kakaknya. Semua bersyukur karena dia tidak apa-apa.
Kakaknya langsung memeluk tubuh mungilnya yang masih lemah. Air mata tiba-tiba jatuh dari mata sang kakak.
Teringat akan janji pada ayah … kami akan saling menjaga satu sama lain. Sayang janji itu tak dapat di tepati. Sang kakak begitu sedih melihat keadaan adiknya, juga karena tidak bisa menepati janji. Ia sangat menyesal.
Ia mulai bicara...
Aku ingin pulang.
Sang kakak agak kaget, kemudian melepaskan pelukkannya.
Iya, iya, kita akan pulang. Tunggulah dulu, kakak akan siapkan baju ganti untuk mu.
*kembali hanya anggukan pelan tanpa kata-kata
Selesai ganti baju ia, kakaknya, teman-teman serta guru menaiki bis dan pulang.

Orang-orang terdengar berbisik-bisik disepanjang perjalanan.
Untunglah gadis kecil itu cepat diselamatkan. Jika tidak, mungkin dia sudah mati
Ya benar. Untung orang-orang langsung membawanya ke tempat wanita itu.
Tapi daya tahan tubuhnyalah yang patut diacunggi jempol. Karena meski telah terkena racun ubur-ubur, ia tetap selamat.
Ya benar. Coba lihat korban-korban lain. Mereka tidak selamat.
Semua ini adalah kekuasaan Allah. Allah lah yang menentukan nyawa seseorang.
Ya benar. Allah memang mengasihinya.
Allah memang maha pengasih
Juga penyayang

 Andai saja waktu itu tidak ada orang-orang yang menggotongnya beramai-ramai untuk membawanya ke perkampungan.
Andai saja waktu itu tidak ada wanita bisu yang memijat dan memberinya ramuan
Andai saja waktu itu kakak, teman-taman, guru dan orang-orang  tidak mendoakannya
Andai saja ridho ibu tidak menyertai kepergiannya.
Mungkin ia tak akan selamat.
Terimakasih tuhan, terimakasih wanita bisu misterius, terima kasih orang-orang baik. Tanpa kalian, wanita kecil itu mungkin tak akan pernah menjadi ibu ku.

Aurelia aurita, inilah sepotong kisah tentang mu, juga ibu ku.





TAMAT

Rabu, 01 Februari 2012

Di cium Kwang Min


7.45 pm
Terdengar suara motor gede di depan rumah.
Aku beranjak dari tidur santai ku. Membuka pintu kamar. Lalu mengintip dari balik jendela.
Kwangppa ???”
Pelan-pelan ku buka pintu, lalu menghampirinya.
oppa, ngapain malam-malam ke sini ?”
waeyo, gak senang liat oppa ada di sini ?”
“ah, ani-oh oppa…”
“sini…” *sambil melambai-lambaikan tangannya.
Aku maju mendekat.
“sini”. Katanya lagi.
Aku maju satu langkah lagi
Daaan… muuuah. *Kwang Min mencium pipi kanan ku.
Aku terdiam sambil memegang pipi ku yang baru saja dicium.
“hehehe. oppa baca di majalah katanya cewek kalo abis dicium jadi susah tidur. Tapi oppa gak mau itu terjadi sama chagi. Malam ini chagi harus tidur ya, jangan lupa mimpiin oppa. Ok ? ya udah oppa pulang dulu. Bye…”. *sambil dada-dada
Aku kembali ke kamar ku. Masih dengan rasa shock di dada. Aku benar-benar tidak menyangka kalau malam ini Kwang Min akan datang ke rumah hanya untuk mencium ku.
Bibib… bibib… *suara hp berbunyi
[ sarang hae yo. Norul hangsang saranghal goya. :* ] katanya lewat sms
[ do mani saranghae. :p ] balas ku.