Semua berawal ketika Indri mengirimkan sesuatu ke dinding
facebook ku.
[Kasian yah, yg gk blh pcrn. Gk pnya
cwk jd sms’an sma pcr org]
Lampu di BB ku menyala. Aku langsung membuka akun FB ku. Aku
membaca tulisan yang baru saja dikirim Indri.
Sontak emosiku naik. Aku memang agak sensitive dengan
masalah-masalah cowok. Yah, mungkin karena aku belum pernah dan belum boleh
pacaran.
Aku selalu menganggap masalah cowok adalah urusan gampang.
Apa susahnya cari cowok ? di setiap sudut tempat pasti ada cowok. Di sekolah,
di pasar, di tempat ibadah, dan lain-lain.
Aku paling gak suka liat orang bertengkar hanya gara-gara
masalah sepele yang muncul gara-gara cowok. Bagiku, perempuan-perempuan yang
bertengkar hanya gara-gara cowok adalah perempuan yang gak punya harga diri.
Bagaimana tidak ? wong cowok ada dimana-mana kok malah ngerebutin yang satu itu
aja ???
Tapi sekarang, malah aku yang kena batunya. Cuma gara-gara
berkirim pesan singkat dengan teman sekelas, aku mendapat masalah sepele yang
dibikin dege. Inti masalahnya cuma salah paham. Yaelah…
Kasian yah, yang gak boleh pacaran. Gak
punya cowok jadi sms-an sama pacar orang
Cewek yang suka cemburuan adalah
cewek yang takut kalah saing. Takut kalau pacarnya di ambil orang.
Aku cemburu artinya aku sayang, aku cinta
sama dia !
Aku tahu kamu pacarnya dimas. Tapi
gak gini-gini juga kale… kamu tahu aku teman sekelasnya dimas, ya wajar dong
kalo aku dekat sama dia. DEKAT SEBATAS TEMAN.
Kalo kamu perempuan, kamu harusnya
ngerti kalo dimas itu udah punya pacar. Kamu harusnya bisa jaga attitude,
gimana caranya berhubungan dengan pacar orang. Inget, KALIAN CUMA TEMAN !
What the hell ? kamunya aja yang sok
protect, AKU SAMA SEKALI GAK ADA PERASAAN APA-APA SAMA DIMAS !!!
Aha… buktinya udah jelas, kamu sms-an
sama dimas mulu…
Sms-an sama dimas mulu ??? kayak gak
ada teman laen aja… woy, teman gue tuh banyak, gak Cuma dimas doang.
So ???
Begitulah kira-kira apa yang aku dan Indri ributkan di FB.
Semalaman aku berdebat dengannya di dunia maya. Memperdebatkan kesalah-pahanam,
memperdebatkan tentang dimas, tentang cowok !
Keesokan harinya, aku sampai di sekolah dengan wajah kusut.
Seperti biasa beberapa teman yang kesehariannya menjaili teman-teman lain juga
menjailiku. Tapi hari ini aku benar-benar bad mood.
Aku hanya membalas mereka dengan berkata,
lagi bad mood
Ciyeee… lagi bad mood… kenapa tu… ?
kembali mereka menggoda ku
Serius, lagi bad mood.
Karena merasa tidak asyik menjailiku, mereka akhirnya pergi
untuk menjaili teman-teman yang lain.
Pelajaran terakhir tiba. Guru mata pelajaran tidak hadir
dikarenakan ada kerabatnya yang meninggal di luar kota. Aku bad mood. Sedari
tadi ku coba untuk menenangkan hatiku. Tapi hati ini masih saja sakit. Aku
merasa direndahkan oleh Indri tadi malam.
Ku pikir inilah saatnya aku bicara dengan Dimas. Inka teman
sebangku ku sedang asyik bergosip di belakang besama Nabila, Dewi dan Dinda.
Aku memanggil Dimas yang sedang asyik bermain hp di
bangkunya. “Mas,” *aku melambai-lambaikan tangan ku.
Ia menoleh, dan langsung menghampiriku.
Kenapa ?
Aku menepuk-nepuk kursi Inka sebagai tanda menyuruhnya
duduk. Ia pun duduk di sebelah ku. Aku memberikan hp ku padanya. Di hp itu, akun
FB ku sedang on. Aku memperlihatkan percakapan ku dengan Indri tadi malam. Ia
membacanya dengan seksama. Aku melipat tangan ku di atas meja, lalu meletakkan
kepala ku di atasnya.
Beberapa menit kemudian aku mengangkat kepala ku, Menghadap
ke depan.
Dari omongan Indri, seolah-olah aku
tu mainin kamu, jadiin kamu sebagai pelarianku karena aku gak punya pacar.
Padahalkan engak Mas… L
… *dimas mengangguk lemah. Mungkin ia masih bingung harus berbuat
apa.
Aku gak ada perasaan apa-apa sama
kamu. Kita kan teman, sekelas lagi.
*aku mengangkat tangan ku, dimas menepukkan tangannya dan
tangan ku. Aku selalu begitu, bagi ku tepukan tangan merupakan simbol bahwa
kita adalah teman.
Kalo teman ya teman aja… lanjut ku.
Iya, iya… nanti biar aku yang ngomong sama Indri.
Dimas melangkah pergi. Tap, tap, baru dua langkah ia
berjalan, ia membalikkan badannya lagi ke arah ku.
Lagian, aku juga udah putus sama Indri. Mungkin dia lupa kalo kami sudah
putus.
Mendengar kalimat itu aku langsung berdiri. Emosi ku
benar-benar sudah di ubun-ubun. Aku tak mampu lagi menahannya.
Tu kan, indri itu bukan lagi pacar mu
! lalu kenapa dia menulis hal konyol itu di dinding ku ???
Teman-teman sekelas semua melihat ke arah kami. Tapi aku tak
peduli.
Indri di kelas X F kan ???
Aku berjalan menuju pintu. Aku ingin sekali menampar pipi Indri
waktu itu. Aku ingin ia tahu bahwa aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Dimas.
Aku ingin dia ingat kalau dia sudah putus dengan Dimas. Aku ingin dia sadar
bahwa bertengkar hanya gara-gara cowok adalah tindakan yang rendah, memalukan
dan menjijikan. Aku benar-benar ingin melakukannya.
Tap, tap, tap, aku menghentakkan kaki ku ke lantai.
Dimas segera menghentikan langkah ku.
Tunggu Mer, biar aku yang menemui Indri. Biar aku yang bicara dengannya.
Aku ingin selesaikan masalah ku
sendiri.
Tapi ini masalah ku juga. Biar aku yang bicara.
Kalau kau memang ingin bicara, kita
bicara bertiga. Aku ingin melihat wajah indri. Aku ingin melihat ekspresinya
ketika kau bilang bahwa kau dan dia sudah putus !!!
Perhatian teman-teman sekelas tertuju kepada kami. Mereka
semua kaget. Mereka juga bingung. Beberapa diantaranya menghampiri kami.
Ada apa ini ?
Kenapa mer ?
Indri ! Indri mantan Dimas yang
berulah !!! dia menyerang ku di FB. Dia merendahkan harga diri ku dengan
kalimat-kalimat konyolnya di dunia maya. Aku benci itu ! aku tidak suka !
Apa yang di tulisnya ?
Dia bilang aku penggoda pacar orang.
Ia mengira aku ada hubungan dengan Dimas.
Kenapa ? kenapa bisa begitu ?
Entahlah, aku tidak tahu. Yang jelas
aku benci sekali dengan perbuatannya.
Sudahlah Mer, mungkin dia hanya salah paham.
Salah paham ??? kau. Orang sepertimu
tidak akan bisa mengerti aku ! orang-orang seperti kalian tidak akan bisa
mengerti jalan pikir ku dan ibu ku ! kalian tidak akan pernah mengerti !!!
Aku hanya ingin buktikan ke kalian
kalau tanpa pacar aku masih bisa jalani hidup, aku masih bisa hepi, aku masih
bisa jadi remaja normal. Aku ingin kalian melihatnya, aku ingin kalian
merasakan bahwa berteman itu lebih baik daripada pacaran…
Inka mengusap-usap air mata ku dengan tisu yang diberikan
oleh Barita. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang teman. Dewi
mengelus-elus bahuku. Teman-teman yang lain juga berusaha menenangkan keadaan.
Tiba-tiba bel sekolah berbunyi. Waktunya pulang. Karena
tidak ingin masalahnya terdengar di kelas lain teman-teman menyruhku duduk.
Dimas beranjak pergi, tapi bukan melarikan diri. Ia mendatangi Indri.
Apa yang kau lakukan ?
Apa ?
Oh, Merisa ? apa dia mengadu pada mu ?
sudah ku duga.
Dia teman ku. Kau tahu itu.
Ya, dia memang teman mu. Tapi kenapa
sms mu seperti itu ?
Seperti apa ?
Seperti apa ? seperti apa yang di
tulisnya di blog ! aku tidak suka melihatnya.
Di tempat lain. Tepatnya di kelas X D. aku masih diamankan
oleh teman-teman ku.
Aku diam duduk di kursi ku. Beberapa teman lain sudah
pulang. Tinggal Inka, Said, Deni, Dewi, Eky, Devi Saputri dan Fajar. Mereka
masih di kelas, masih menemani ku.
Deni, Eky dan Fajar saling melemparkan lelucon kecil. Teman-teman
lain tertawa. Lucu. Tapi sama sekali tak mempan bagi ku.
Aku diam cemberut, menatap ke papan tulis. Mata ku sembab.
Hidung ku mampet. Nafas ku tersedu-sedu. Said duduk di bangku Inka. Tepat di
sebelah ku. Tiba-tiba ia mengarahkan wajahnya tepat di wajah ku. Hanya wajahnya
yang saat itu memenuhi bola mataku. Ia tersenyum. Senyum andalannya. Senyum
aneh yang lucu. Senyum yang selalu bisa membuat ku ikut tersenyum.
1, 2, 3 aku mulai memalingkan wajah ku.
Kembali ia arahkan wajahnya ke depan wajah ku
4, 5 aku benar-benar tidak tahan. Akhirnya aku pun
tersenyum. Teman-teman bersorak gembira, akhirnya aku tersenyum lagi. Kini
keadaannya sudah mulai tenang. Kami bersiap untuk pulang.
Di luar sana dimas dan indri masih beradu mulut.
Tapi kenapa ? hubungan kita sudah berakhir. Kau yang putuskan itu !
Aku tahu !!!
Lalu apa hak mu mencampuri urusan ku !
Aku tidak suka melihat mu dengannya.
Hati ku sakit, kau tahu ?
Lalu kenapa kau putuskan hubungan kita ???
Aku berjalan menghampiri mereka. Teman-teman nampak
khawatir. Tapi mereka tak mampu menghentikan ku. Mereka semua terpaku melihat
ku berjalan menuju kelas X F.
Kali ini akhirnya tak ada yang menghadang ku. Akhirnya aku
bisa bertatap muka dengan Indri. Kini aku benar-benar sudah ada di dekatnya.
Aku bisa saja menampar keras pipinya. Tapi tidak ku lakukan. Aku justru
memeluknya. Dia agak sedikit bingung.
Aku tahu kau masih sayang dengan
teman ku. Jika kalian balikan, jangan pernah sia-siakan teman ku lagi.
Aku memang tidak pernah pacaran. Tapi
bukan berarti aku kesepian.
TAMAT
BUKAN diangkat dari kisah nyata. :D
Cerpen di atas sama sekali gak pernah terjadi di
kehidupan nyata ku. (insya’allah) GAK AKAN PERNAH. :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar