mereka-mereka yang udah sempat berkunjung termasuk kamu... n,n

ucapan terima kasih dari MerisaSuryani (AURI) :

terima kasih atas kunjungannya...
lain kali mampir lagi ya... :*

Kamis, 16 Februari 2012

Dia, Atau Mungkin Mereka BUKAN PELARIAN KU !

Semua berawal ketika Indri mengirimkan sesuatu ke dinding facebook ku.
[Kasian yah, yg gk blh pcrn. Gk pnya cwk jd sms’an sma pcr org]
Lampu di BB ku menyala. Aku langsung membuka akun FB ku. Aku membaca tulisan yang baru saja dikirim Indri.
Sontak emosiku naik. Aku memang agak sensitive dengan masalah-masalah cowok. Yah, mungkin karena aku belum pernah dan belum boleh pacaran.
Aku selalu menganggap masalah cowok adalah urusan gampang. Apa susahnya cari cowok ? di setiap sudut tempat pasti ada cowok. Di sekolah, di pasar, di tempat ibadah, dan lain-lain.
Aku paling gak suka liat orang bertengkar hanya gara-gara masalah sepele yang muncul gara-gara cowok. Bagiku, perempuan-perempuan yang bertengkar hanya gara-gara cowok adalah perempuan yang gak punya harga diri. Bagaimana tidak ? wong cowok ada dimana-mana kok malah ngerebutin yang satu itu aja ???
Tapi sekarang, malah aku yang kena batunya. Cuma gara-gara berkirim pesan singkat dengan teman sekelas, aku mendapat masalah sepele yang dibikin dege. Inti masalahnya cuma salah paham. Yaelah…
Kasian yah, yang gak boleh pacaran. Gak punya cowok jadi sms-an sama pacar orang
Cewek yang suka cemburuan adalah cewek yang takut kalah saing. Takut kalau pacarnya di ambil orang.
Aku cemburu artinya aku sayang, aku cinta sama dia !
Aku tahu kamu pacarnya dimas. Tapi gak gini-gini juga kale… kamu tahu aku teman sekelasnya dimas, ya wajar dong kalo aku dekat sama dia. DEKAT SEBATAS TEMAN.
Kalo kamu perempuan, kamu harusnya ngerti kalo dimas itu udah punya pacar. Kamu harusnya bisa jaga attitude, gimana caranya berhubungan dengan pacar orang. Inget, KALIAN CUMA TEMAN !
What the hell ? kamunya aja yang sok protect, AKU SAMA SEKALI GAK ADA PERASAAN APA-APA SAMA DIMAS !!!
Aha… buktinya udah jelas, kamu sms-an sama dimas mulu…
Sms-an sama dimas mulu ??? kayak gak ada teman laen aja… woy, teman gue tuh banyak, gak Cuma dimas doang.
So ???
Begitulah kira-kira apa yang aku dan Indri ributkan di FB. Semalaman aku berdebat dengannya di dunia maya. Memperdebatkan kesalah-pahanam, memperdebatkan tentang dimas, tentang cowok !
Keesokan harinya, aku sampai di sekolah dengan wajah kusut. Seperti biasa beberapa teman yang kesehariannya menjaili teman-teman lain juga menjailiku. Tapi hari ini aku benar-benar bad mood.
Aku hanya membalas mereka dengan berkata,
lagi bad mood
Ciyeee… lagi bad mood… kenapa tu… ? kembali mereka menggoda ku
Serius, lagi bad mood.
Karena merasa tidak asyik menjailiku, mereka akhirnya pergi untuk menjaili teman-teman yang lain.
Pelajaran terakhir tiba. Guru mata pelajaran tidak hadir dikarenakan ada kerabatnya yang meninggal di luar kota. Aku bad mood. Sedari tadi ku coba untuk menenangkan hatiku. Tapi hati ini masih saja sakit. Aku merasa direndahkan oleh Indri tadi malam.
Ku pikir inilah saatnya aku bicara dengan Dimas. Inka teman sebangku ku sedang asyik bergosip di belakang besama Nabila, Dewi dan Dinda.
Aku memanggil Dimas yang sedang asyik bermain hp di bangkunya. “Mas,” *aku melambai-lambaikan tangan ku.
Ia menoleh, dan langsung menghampiriku.
Kenapa ?
Aku menepuk-nepuk kursi Inka sebagai tanda menyuruhnya duduk. Ia pun duduk di sebelah ku. Aku memberikan hp ku padanya. Di hp itu, akun FB ku sedang on. Aku memperlihatkan percakapan ku dengan Indri tadi malam. Ia membacanya dengan seksama. Aku melipat tangan ku di atas meja, lalu meletakkan kepala ku di atasnya.
Beberapa menit kemudian aku mengangkat kepala ku, Menghadap ke depan.
Dari omongan Indri, seolah-olah aku tu mainin kamu, jadiin kamu sebagai pelarianku karena aku gak punya pacar. Padahalkan engak Mas… L
*dimas mengangguk lemah. Mungkin ia masih bingung harus berbuat apa.
Aku gak ada perasaan apa-apa sama kamu. Kita kan teman, sekelas lagi.
*aku mengangkat tangan ku, dimas menepukkan tangannya dan tangan ku. Aku selalu begitu, bagi ku tepukan tangan merupakan simbol bahwa kita adalah teman.
Kalo teman ya teman aja… lanjut ku.
Iya, iya… nanti biar aku yang ngomong sama Indri.
Dimas melangkah pergi. Tap, tap, baru dua langkah ia berjalan, ia membalikkan badannya lagi ke arah ku.
Lagian, aku juga udah putus sama Indri. Mungkin dia lupa kalo kami sudah putus.
Mendengar kalimat itu aku langsung berdiri. Emosi ku benar-benar sudah di ubun-ubun. Aku tak mampu lagi menahannya.
Tu kan, indri itu bukan lagi pacar mu ! lalu kenapa dia menulis hal konyol itu di dinding ku ???
Teman-teman sekelas semua melihat ke arah kami. Tapi aku tak peduli.
Indri di kelas X F kan ???
Aku berjalan menuju pintu. Aku ingin sekali menampar pipi Indri waktu itu. Aku ingin ia tahu bahwa aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Dimas. Aku ingin dia ingat kalau dia sudah putus dengan Dimas. Aku ingin dia sadar bahwa bertengkar hanya gara-gara cowok adalah tindakan yang rendah, memalukan dan menjijikan. Aku benar-benar ingin melakukannya.
Tap, tap, tap, aku menghentakkan kaki ku ke lantai.
Dimas segera menghentikan langkah ku.
Tunggu Mer, biar aku yang menemui Indri. Biar aku yang bicara dengannya.
Aku ingin selesaikan masalah ku sendiri.
Tapi ini masalah ku juga. Biar aku yang bicara.
Kalau kau memang ingin bicara, kita bicara bertiga. Aku ingin melihat wajah indri. Aku ingin melihat ekspresinya ketika kau bilang bahwa kau dan dia sudah putus !!!
Perhatian teman-teman sekelas tertuju kepada kami. Mereka semua kaget. Mereka juga bingung. Beberapa diantaranya menghampiri kami.
Ada apa ini ?
Kenapa mer ?
Indri ! Indri mantan Dimas yang berulah !!! dia menyerang ku di FB. Dia merendahkan harga diri ku dengan kalimat-kalimat konyolnya di dunia maya. Aku benci itu ! aku tidak suka !
Apa yang di tulisnya ?
Dia bilang aku penggoda pacar orang. Ia mengira aku ada hubungan dengan Dimas.
Kenapa ? kenapa bisa begitu ?
Entahlah, aku tidak tahu. Yang jelas aku benci sekali dengan perbuatannya.
Sudahlah Mer, mungkin dia hanya salah paham.
Salah paham ??? kau. Orang sepertimu tidak akan bisa mengerti aku ! orang-orang seperti kalian tidak akan bisa mengerti jalan pikir ku dan ibu ku ! kalian tidak akan pernah mengerti !!!
Aku hanya ingin buktikan ke kalian kalau tanpa pacar aku masih bisa jalani hidup, aku masih bisa hepi, aku masih bisa jadi remaja normal. Aku ingin kalian melihatnya, aku ingin kalian merasakan bahwa berteman itu lebih baik daripada pacaran…
Inka mengusap-usap air mata ku dengan tisu yang diberikan oleh Barita. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang teman. Dewi mengelus-elus bahuku. Teman-teman yang lain juga berusaha menenangkan keadaan.
Tiba-tiba bel sekolah berbunyi. Waktunya pulang. Karena tidak ingin masalahnya terdengar di kelas lain teman-teman menyruhku duduk. Dimas beranjak pergi, tapi bukan melarikan diri. Ia mendatangi Indri.
Apa yang kau lakukan ?
Apa ?
Oh, Merisa ? apa dia mengadu pada mu ? sudah ku duga.
Dia teman ku. Kau tahu itu.
Ya, dia memang teman mu. Tapi kenapa sms mu seperti itu ?
Seperti apa ?
Seperti apa ? seperti apa yang di tulisnya di blog ! aku tidak suka melihatnya.
Di tempat lain. Tepatnya di kelas X D. aku masih diamankan oleh teman-teman ku.
Aku diam duduk di kursi ku. Beberapa teman lain sudah pulang. Tinggal Inka, Said, Deni, Dewi, Eky, Devi Saputri dan Fajar. Mereka masih di kelas, masih menemani ku.
Deni, Eky dan Fajar saling melemparkan lelucon kecil. Teman-teman lain tertawa. Lucu. Tapi sama sekali tak mempan bagi ku.
Aku diam cemberut, menatap ke papan tulis. Mata ku sembab. Hidung ku mampet. Nafas ku tersedu-sedu. Said duduk di bangku Inka. Tepat di sebelah ku. Tiba-tiba ia mengarahkan wajahnya tepat di wajah ku. Hanya wajahnya yang saat itu memenuhi bola mataku. Ia tersenyum. Senyum andalannya. Senyum aneh yang lucu. Senyum yang selalu bisa membuat ku ikut tersenyum.
1, 2, 3 aku mulai memalingkan wajah ku.
Kembali ia arahkan wajahnya ke depan wajah ku
4, 5 aku benar-benar tidak tahan. Akhirnya aku pun tersenyum. Teman-teman bersorak gembira, akhirnya aku tersenyum lagi. Kini keadaannya sudah mulai tenang. Kami bersiap untuk pulang.
Di luar sana dimas dan indri masih beradu mulut.
Tapi kenapa ? hubungan kita sudah berakhir. Kau yang putuskan itu !
Aku tahu !!!
Lalu apa hak mu mencampuri urusan ku !
Aku tidak suka melihat mu dengannya. Hati ku sakit, kau tahu ?
Lalu kenapa kau putuskan hubungan kita ???
Aku berjalan menghampiri mereka. Teman-teman nampak khawatir. Tapi mereka tak mampu menghentikan ku. Mereka semua terpaku melihat ku berjalan menuju kelas X F.
Kali ini akhirnya tak ada yang menghadang ku. Akhirnya aku bisa bertatap muka dengan Indri. Kini aku benar-benar sudah ada di dekatnya. Aku bisa saja menampar keras pipinya. Tapi tidak ku lakukan. Aku justru memeluknya. Dia agak sedikit bingung.
Aku tahu kau masih sayang dengan teman ku. Jika kalian balikan, jangan pernah sia-siakan teman ku lagi.
Aku memang tidak pernah pacaran. Tapi bukan berarti aku kesepian.

TAMAT
BUKAN diangkat dari kisah nyata. :D
Cerpen di atas sama sekali gak pernah terjadi di kehidupan nyata ku. (insya’allah) GAK AKAN PERNAH. :p

Sabtu, 11 Februari 2012

aurelia aurita, sepotong kisah tentang mu juga ibu ku

Aurelia aurita, ciptaan Tuhan yang paling indah
 Dia adalah gadis kecil yang cantik. Sama dengan gadis keturunan Banjar pada umumnya, kulitnya putih bersih, rambutnya hitam terurai, dan hidungnya… tentu saja berbentuk berbentuk bangir.  

Aurelia aurita, sederhana tapi anggun
Ia terlahir di keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru. Ibunya seorang istri yang taat pada suami. Diam di rumah sembari membuat kue untuk dititipkan di warung. Meski tinggal di desa kecil, Dia tidak pernah merasa kesepian. Bagaimana tidak, ia adalah anak kedua dari delapan bersaudara.
Hidup yang sederhana ini selalu membuatnya tegar. Ia tahu betul dengan keadaan kelurganya ia harus mandiri. Walau ia baru kelas 1 SMP, ia sudah mampu memikirkan masa depannya.
Kehidupan sederhana inilah yang memotivasinya untuk menggapai cita. Ia tidak pernah takut bermimpi. Ia selalu percaya tuhan akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Ia tahu tuhan selalu melihat perjuangannya. Ia yakin tuhan selalu dekat dengannya meski ia sendiri tak pernah melihat sosok tuhan. Tuhan akan mudahkan segalanya untuknya. Ia percaya itu.

Cerita dimulai…
Waktu itu liburan sekolah. Ia dan kakaknya memohon-mohon kepada ayah agar diizinkan pergi ke pasir panjang bersama teman-teman.
Ayah. Kami ingin sekali pergi ke pasir panjang. Kami ingin melihat lautan. Ingin bermain di pantai.
Iya ayah, kami ingin pergi berlibur ke pasir panjang…
Jangan. Siapa yang akan menjaga kalian di sana ?
Kami akan saling menjaga satu sama lain, ayah.
Menjaga diri sendiri saja belum tentu bisa. Bagaimana kalian akan menjaga satu sama lain ?
Maka dari itu kami akan selalu bersama.
Lagi pula masih ada teman-teman dan guru pembimbing, ayah.
Temanmu akan sibuk sendiri. Gurumu tidak akan mampu mengawasi anak yang ramai seperti itu.
Ayolah ayah. Kami tidak akan apa-apa.
Iya ayah, kami akan baik-baik saja. Percayalah ayah…
Tapi sayang, ia dan kakaknya tetap tak diizinkan. Karena kasihan, sang ibu akhirnya mengambil tindakan.
Sudahlah, Yah. Mereka sudah mempersiapkan segalanya untuk hari ini. Mereka sudah mempersiapkan pakaian dan bekal. Sayang kalau tidak jadi pergi.
Tapi…
Sudahlah Yah, percayakan segalanya pada mereka.
Akhirnya sang ayah pun mengizinkan.

Aurelia aurita, pendiam tapi selalu ceria
Berangkatlah ia dan teman-temannya ke pasir panjang. Sepanjang perjalanan terdengar suara canda-tawa dan nyanyian bersama. Ia dan teman-temannya amat senang bisa berlibur ke pasir panjang. Jarang-jarang bagi mereka si anak desa bisa bepergian seperti ini.

Aurelia aurita, kau suguhkan keindahan tempat tinggalmu
Sesampai di sana, ia dan teman-temannya langsung berlarian di atas pasir-pasir putih. Angin sepoy-sepoy meniup rambut panjangnya. Tak cukup dengan bermain-main di atas pasir, ia dan teman-temannya menceburkan diri ke laut. Bermain-main dengan ombak. Menenggelamkan seluruh tubuhnya ke laut. Masih dengan canda-tawa, ia berenang-renang ke sana – ke mari.

Aurelia aurita, makhluk indah tapi mematikan. Kau siksa dia hingga dia hampir mati !
Lelah berenang ia pun beranjak naik. Tiba-tiba ia merasakan perih di sekujur tubuhnya. Seperti ada luka. Seperti luka bakar. Entahlah bagaimana persisnya, yang jelas perih sekali. Matanya langsung terbelalak ketika ia melihat lendir-lendir seperti telur kodok yang menempel di tubuhnya. Lendir apa ini ? kenapa perih sekali ?
Mendadak ia muntah-muntah. Muntahan itu berwarna kuning. Badannya terasa goyang. Seolah ia berada di atas kapal yang terombang-ambing. Ia tak mampu menyeimbangkan badannya. Kesadarannya menurun. Lama-kelamaan ia tak sadarkan diri. Ia roboh. Semuanya gelap. Padahal ia belum menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Semua orang panik. Karena ternyata bukan hanya dia yang menjadi korban. Orang-orang yang tadi berenang ternyata disengat ubur-ubur.
Ia di bawa ke sebuah perkampungan dekat pantai. Korban-korban lain juga begitu. Tapi sayang, banyak dari mereka akhirnya meninggal. Ia masih tak sadarkan diri. Masih lemah. Masih gelap. Masih tak tahu apa-apa.
Ia di bawa ke sebuah rumah. pemilik rumah itu adalah sorang wanita bisu. Wanita itu memijat-mijat tubuhnya. Apakah wanita itu tukang pijat ? entahlah, tapi kemungkinan begitu.


Aurelia aurita, tuhan maha pengasih lagi penyayang. Tuhan selamatkan dia dari malapetaka yang kau ciptakan. Malaikat pencabut nyawa pergi meninggalkan roh dan jasadnya yang masih diam membeku, tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian ia terbangun. Kembali ia muntah-muntah. Wanita bisu memberinya semacam ramuan untuk diminum. Ia pun meminumnya perlahan.
*Sruuup… diminumnya ramuan itu. Kemudian terdiam, tampak masih bingung. Kemudian *sruuup, kembali ia meminum ramuan itu. Begitu berulang-ulang hingga ramuannya habis.
Orang-orang banyak yang berusaha mengajaknya bicara untuk memastikan ia baik-baik saja, juga untuk mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ia hanya terdiam. Ia masih lemah dan shock atas peristiwa siang tadi. Bagaimana tidak, peristiwa siang tadi hampir saja merenggut nyawanya.
Kau baik-baik saja ?
Kepalamu pusing ?
*ia mengangguk lemah
Badanmu terasa sakit ?
*kepalanya menggeleng perlahan
Ia masih kelihatan bingung. Wajah pucatnya perlahan-lahan mulai merona. Keadaanya mulai membaik. Teman-temannya lega. Begitu juga dengan kakaknya. Semua bersyukur karena dia tidak apa-apa.
Kakaknya langsung memeluk tubuh mungilnya yang masih lemah. Air mata tiba-tiba jatuh dari mata sang kakak.
Teringat akan janji pada ayah … kami akan saling menjaga satu sama lain. Sayang janji itu tak dapat di tepati. Sang kakak begitu sedih melihat keadaan adiknya, juga karena tidak bisa menepati janji. Ia sangat menyesal.
Ia mulai bicara...
Aku ingin pulang.
Sang kakak agak kaget, kemudian melepaskan pelukkannya.
Iya, iya, kita akan pulang. Tunggulah dulu, kakak akan siapkan baju ganti untuk mu.
*kembali hanya anggukan pelan tanpa kata-kata
Selesai ganti baju ia, kakaknya, teman-teman serta guru menaiki bis dan pulang.

Orang-orang terdengar berbisik-bisik disepanjang perjalanan.
Untunglah gadis kecil itu cepat diselamatkan. Jika tidak, mungkin dia sudah mati
Ya benar. Untung orang-orang langsung membawanya ke tempat wanita itu.
Tapi daya tahan tubuhnyalah yang patut diacunggi jempol. Karena meski telah terkena racun ubur-ubur, ia tetap selamat.
Ya benar. Coba lihat korban-korban lain. Mereka tidak selamat.
Semua ini adalah kekuasaan Allah. Allah lah yang menentukan nyawa seseorang.
Ya benar. Allah memang mengasihinya.
Allah memang maha pengasih
Juga penyayang

 Andai saja waktu itu tidak ada orang-orang yang menggotongnya beramai-ramai untuk membawanya ke perkampungan.
Andai saja waktu itu tidak ada wanita bisu yang memijat dan memberinya ramuan
Andai saja waktu itu kakak, teman-taman, guru dan orang-orang  tidak mendoakannya
Andai saja ridho ibu tidak menyertai kepergiannya.
Mungkin ia tak akan selamat.
Terimakasih tuhan, terimakasih wanita bisu misterius, terima kasih orang-orang baik. Tanpa kalian, wanita kecil itu mungkin tak akan pernah menjadi ibu ku.

Aurelia aurita, inilah sepotong kisah tentang mu, juga ibu ku.





TAMAT

Rabu, 01 Februari 2012

Di cium Kwang Min


7.45 pm
Terdengar suara motor gede di depan rumah.
Aku beranjak dari tidur santai ku. Membuka pintu kamar. Lalu mengintip dari balik jendela.
Kwangppa ???”
Pelan-pelan ku buka pintu, lalu menghampirinya.
oppa, ngapain malam-malam ke sini ?”
waeyo, gak senang liat oppa ada di sini ?”
“ah, ani-oh oppa…”
“sini…” *sambil melambai-lambaikan tangannya.
Aku maju mendekat.
“sini”. Katanya lagi.
Aku maju satu langkah lagi
Daaan… muuuah. *Kwang Min mencium pipi kanan ku.
Aku terdiam sambil memegang pipi ku yang baru saja dicium.
“hehehe. oppa baca di majalah katanya cewek kalo abis dicium jadi susah tidur. Tapi oppa gak mau itu terjadi sama chagi. Malam ini chagi harus tidur ya, jangan lupa mimpiin oppa. Ok ? ya udah oppa pulang dulu. Bye…”. *sambil dada-dada
Aku kembali ke kamar ku. Masih dengan rasa shock di dada. Aku benar-benar tidak menyangka kalau malam ini Kwang Min akan datang ke rumah hanya untuk mencium ku.
Bibib… bibib… *suara hp berbunyi
[ sarang hae yo. Norul hangsang saranghal goya. :* ] katanya lewat sms
[ do mani saranghae. :p ] balas ku.

Minggu, 01 Januari 2012

liburan semester ini


03.56 pm
Aku duduk di bangku bus sembari memasang headset di telinga ku. Sesekali aku melihat ke luar jendela, kemudian sibuk lagi dengan hp ku. Beberapa sms dari mama ku. Kelihatannya ia agak khawatir melepas ku pergi liburan sendirian ke tempat yang jauh dan lumayan asing juga. Tapi ini pilihan ku, mama tidak dapat berbuat banyak kecuali mengirim sms memastikan aku akan baik-baik saja.

ia ma, auri udah di bus. Bentar lagi jalan.
Oh iya, hati-hati.
Bus mulai bergerak, aku agak kaget saat bus tiba-tiba berjalan karena sedari tadi aku memang tidak peka dengan lingkungan sekitar ku.
Aku menghela napas
Sudah lama aku tidak naik bus. Aku sendiri lupa kapan terakhir aku naik kendaraan semacam ini. Mudah-mudahan aku tidak mabuk di jalan. u,u
Sepanjang perjalanan aku merasa sepi. Yah, aku memang pergi sendirian. Tapi bus ini juga tidak penuh akan penumpang. Kembali aku melirik jendela. Terlihat pemandangan-pemandangan di luar jendela. Ruko-ruko. Rumah makan. Masjid. Jalanan tidak sepi, tapi juga sama sekali tidak padat. Bus melaju dengan kencang. Aku menutup jendela bus karena takut masuk angin. Agak sedikit keras, sekuat tenaga aku mendorongnya. Huf, akhirnya tertutup.
Bosan. tidak ada suara-suara gosip. Tidak ada tawa dan lelucon. Bosan. buku-buku yang aku bawa untuk menemani perjalanan sama sekali tak berguna. Tak menarik untuk di baca. Bukan, bukan karena ceritanya, tapi moodnya yang gak ada.
Aku mulai memejamkan mata. Masih ditemani lagu-lagu yang terus terdengar dari headset. Tidak ada sms maupun telepon. Tidak ada kecemasan yang mengganggu.

08.18
Bus berhenti di terminal. Di ujung jalan sana ada motel. Di tempat itulah aku akan menghabiskan beberapa hari libur ku. Jauh dari teman. Jauh dari keluarga. Jauh dari kebisingan dan penat. Di sinilah aku akan mendapat semangat baru. Aku harap.
Aku berjalan kaki menuju motel itu. Dengan susah payah aku menyeret koper ku. Bukan, bukan kopernya yang berat, koper itu ada rodanya tentu mudah untuk membawanya. Yang jadi masalah adalah aku duduk di bus selama 4 jam. lalu harus berdiri. Berjalan. Sambil membawa koper dan tas bincing. Huf…
Sampai. Sekarang aku sudah di motel. Aku memesan sebuah kamar. Bukan sebuah kamar yang mahal, tapi tidak murahan juga tentunya. Aku mengambil kunci dan menuju kamar.
Aku membuka pintu. Menghidupkan lampu. Dan meletakkan koper dan tas.
 “Uuuhhhh, capek”.
Aku menggoyang-goyangkan badan ku. Terdengar tulang-tulang sendi ku berbunyi.
“Ah, enak e…”. aku tersenyum riang.
Aku segera mengambil handuk lalu mandi. Aku melirik koper, ah laptop. Pengen update. Uh, capek. Aku mengambil laptop ku lalu menyimpannya di laci. Aku sudak terlalu capek, aku harus istirahat.

05.00
Terdengar suara kasak-kusuk di bawah. Mungkin pekerja motel sedang bersih-bersih. Aku segera membuka mata ku dan bangun. Aku menuju kamar kecil. Setelah selesai cuci muka dan gosok gigi aku membuka gorden. Aku melirik ke segala penjuru alam di luar sana. Tampak ada jalan besar. Bukan, bukan jalan yang besar. Tepatnya ini adalah jalan raya yang ada di tempat ini.
Aku kembali ke tempat tidur mencari-cari hp ku. Ah, di bawah bantal. Aku segera menyalakan mp3. Lalu mandi.
 Setelah selesai dengan semua itu aku siap turun untuk sarapan.
Di motel ini ada kantinnya. Dengan T-shirt dan celana pendek aku pergi ke kantin lalu sarapan. Kemudian naik lagi ke kamar dan membaca buku-buku yang sudah ku bawa sambil ngemil cemilan yang aku beli di kantin tadi. Sesekali ku hentikan bacaan ku ketika adzan terdengar.
Selesai sholat azar aku turun ke bawah. Kali ini ku putuskan untuk jalan-jalan sebentar. Aku menuju pintu luar motel. Di sebrang sana terlihat lapangan luas, mungkin lapangan bola, entahlah, aku tidak begitu yakin. Terlihar orang-orang yang bermain kelayang, tidak hanya anak kecil, orang dewasa justru mendominasi di lapangan tersebut. Aku melihat ke arah langit, melihat layang-layang yang mereka terbangkan. Kemudian tersenyum sembari menghela napas.
Aku melihat ke arah kiri. Ada seorang anak yang duduk juga sedang melihat layang-layang. Tak lama kemudian ia menoleh ke arah ku. Aku tersenyum padanya. Ia juga.
 “sewa sepeda kak?”
aku mengangguk pelan. “berapa?”
“5 ribu per hari”
Curang, aku kan ngak bakalan memakai sepeda ini seharian. u,u
Aku mengeluarkan lembaran 5 ribu dari dompet ku. Lalu mengambil sebuah sepeda yang siap mengantar ku jalan-jalan.
“Di sana ada pantai” anak itu menunjuk ke arah kiri
Aku mengangguk pelan sembari tersenyum. Lalu mengengkol sepeda menuju pantai.
Benar, di sebelah kiri jalan memang terlihat pantai. Angin sepoy-sepoy meniup-niup rambut ku. Dingin. Aku terus jalan. Dimana, dimana jalan masuknya? Bagaimana caranya aku sampai di tepi pantai?
Tak lama kemudian aku melihat semacam gang kecil, di atasnya ada tulisan “WELCOME”. Ah, ini dia jalan masuknya.
Tidak ada tempat karcis, tidak ada tukang jaga, tidak ada siapapun di sini. Hanya angin sepoy-sepoy yang sedari tadi menyambut kedatangan ku.
aku mengengkol pedal sepeda dengan riang. Aku memarkir kepeda ku. Lalu berjalan melewati pasir-pasir putih menuju air laut dengan gelomang-gelombang indahnya.
Tapi kemudian aku memutar arah. Di sebelah sana tampak sebuah tempat yang aneh. Tempat itu lebih hijau. Lebih banyak pohon. Tempatnya juga menanjak. Seperti bukit. Yah, sepertinya memang bukit.
Aku berjalan menuju bukit aneh itu. Aku melihat ke bawah. Wah, indah sekali. Di bawah sana terdapat danau. Airnya jernih sekali. Sepertinya tidak terlalu dalam. Aku menuruni bukit itu perlahan. Aku membuka jaket dan sandal ku. Lalu berlari ke arah danau. Dan byuuur… aku menceburkan diri ku ke danau itu. Menenggelamkan seluruh tubuh dari ujung kuku sampai ujung rambut. Ternyata danaunya cukup dalam, dan yang tadi itu hanya fatamorgana rupanya.
Aku terus berputar-putar dalam air. Seolah aku sedang menari. Seolah aku sedang terbang. Sesekali aku membalikkan badan ku seolah aku berbaring di atas air. Aku masih saja sibuk berenang. Melihat dasar danau dengan mata telanjang. Terlihat batu-batu indah di bawah sana. Aku muncul kepermukaan untuk menarik napas. Aku melihat sebuah lubang di sudut bukit seberang sana. Awalnya aku penasaran, namun urung niat ku menghampirinya karena takut. Aku segera beranjak. Mengambil jaket dan memasang sandal. Lalu menuju sepeda.
Lagi, aku meneruskan perjalanan ku di jalan raya. Kali ini aku mendorong sepeda ku karena jalannya menanjak, aku yakin aku tidak sanggup untuk mengengkol di tanjakan ini. Saat hampir di puncak aku melihat sepasang kekasih sedang berpacaran. Tak ingin menggaggu, ku hentikan langkah ku. Aku melihat ke arah kiri jalan. Masih pemandangan pantai. Hanya saja kali ini lebih indah karena aku berada di ketinggian.
Perut ku mulai terasa lapar. Ku putuskan untuk kembali ke motel. Saat mengembalikan sepeda dan memasuki motel tampak beberapa orang melirik ke arah ku. Mungkin karena celana ku tampak basah. Aku segera menuju kamar dan mandi. Melahap cemilan yang masih tersisa di kamar lalu menyalakan tv. Tak ada acara yang menarik. Kuputuskan untuk tidur.
Keesokan paginya
Terdengar suara adzan. Tiba-tiba aku ingin sekali pipis. Aku berjalan membuka pintu kamar menuju toilet dengan menutup mata. Menyalakan lampu, membuka celana, duduk, lalu pipis. Masih dengan menutup mata. Tiba-tiba aku bingung. Tunggu, tunggu dulu. Bagaimana bisa aku hapal tempat ini. Toilet berada di luar kamar??? Aku segera membuka mata ku. Apa, toilet rumah? Aku masuh di rumah???
Hah, ternyata yang tadi itu cuma mimpi. Aku menghabiskan liburan semester kali ini hanya di rumah. kasian, kasian. u,u

Jumat, 30 Desember 2011

suara, dengarkanlah aku

ya Allah, aku baru tahu ternyata banyak gadis yang mengaguminya
banyak gadis yang berkarya karena terinspirasi oleh pesonanya

ya Allah, aku tidak akan pernah memintaMu untuk menjadikan wajah ku ini lebih cantik dari gadis-gadis itu (karna ku tahu aku memang lebih cantik. :p)

tapi ya Allah, pertemukanlah aku dengannya. buat ia jatuh cinta padaku. lalu jadikan ia jodoh ku. Aamiiin..
:p

Rabu, 28 Desember 2011

masih kelas 1 SMA ya??? so?

aku       : ma, temen ngajakin malam tahun baru bareng.
mama   : gak usah, BARU JUGA KELAS 1 SMA.
aku      : bukan ma, ini teman-teman SMP, bukan SMA
mama   : iya, maksud mama kamunya yang MASIH KELAS 1 SMA

aku       : yaelah ma, malam tahun baru cuma 1 tahun sekali kale. udah lama ngak ketemu ama temen SMP nih...
mama    : udah tenang-tenang aja dulu di rumah. biasanya juga tahun baru di rumah. ngapain juga tahun ini mesti di luar?

aku        : yaelah, di rumah Ami kok ma, bukan di jalan
mama    : iya, pulangnya mau jam berapa? malam tahun baru itu ramai...
aku       : pulang jam 9 deh...
mama    : tanya bapak.

aku       : pak, boleh ya malam tahun baru bareng temen?
bapak    : hah, malam tahun baru? mau kemana???
aku        : ke rumah Ami
bapak    : siapa-siapa yang ikut? cewek semua?
aku        : ngak, semua anak kelas 9f, temen SMP dulu.
bapak    : hhhhmmmmm, ya udah, tapi pulangnya jangan malam-malam.


jadi pergi gak ya??? pas hari H, aku nangis gak ya??? GALAU !!! >,<

Kamis, 15 Desember 2011

sepatu, bertahanlah...


post kali ini aku dedikasikan untuk sepatu yang sudah berjuang keras. terima kasih sepatu
*Pekan Olah raga SMANtha (POS) ke 3

sepatu ku sampai rusak gara-gara tanding tarik tambang (kalah) + futsal (kalah)
beberapa jam kemudian sepatu ku tak mampu bertahan, akibatnya ia harus dilarikan ke UGD sol sepatu. tak kalah cemas, tukang sol pun segera melakukan operasi terhadap sepatu ku.
“pak, kira-kira lama ngak?”
“lumayan, saya nyelesaiin punya orang dulu. Tuh orangnya lagi nunggu.”
“hm, bapak tutupnya jam berapa?”
“jam 4”
“oh, ya udah saya pulang aja dulu. Jam 3 saya ke sini lagi. Tolong sepatu saya ya pak, saya mohon”
“iya neng, saya akan bantu semampu saya. Neng tenang aja.”
“makasih ya pak…”
Akhirnya aku pulang. Diperjalanan aku singgah ke SPBU yang tak jauh dari tempat sol sepatu untuk mengisi bensin motor ku yang sudah sekarat.
Orang di depan ku sempat beberapa kali melirik ke arah kaki ku. “itu sepatu model baru ya? Kok kaya kaos kaki? Atau itu emang benar kaos kaki? Masa iya itu kaos kaki? PD banget nih anak jalan cuma pakai kaos kaki?”
Yup ! begitulah aku pulang. Sepasang kaki (gajah bengkak) ku yang IMUT (???) hanya ditutupi oleh kaos kaki malang berwarna abu-abu. (ini warna asli loh ya… bukan gara-gara gak pernah di cuci).