mereka-mereka yang udah sempat berkunjung termasuk kamu... n,n

ucapan terima kasih dari MerisaSuryani (AURI) :

terima kasih atas kunjungannya...
lain kali mampir lagi ya... :*

Sabtu, 24 September 2011

anonimus

Tiara, seorang gadis kecil yang beberapa bulan lalu resmi menjadi seorang murid SMA favorit di kotanya. Awalnya hari-hari Tiara biasa saja. Yah, namanya juga siswa baru. Pasti masih perlu beradaptasi  dengan wajah-wajah dan karakter-karakter baru.
Sebagian besar tak ada yang menarik di sekolah, dan beberapa hal lainnya cukup membuat Tiara shock dan depresi. Ini karena nilai-nilai Tiara yang SPEKTAKULER. Spektakuler di sini bukanlah sesuatu yang positif. Justru sebaliknya, predikat juara 1 di kelas selama 6 tahun berturut-turut (SD) dan 3 besar d kelas selama 3 tahun (SMP) sama sekali tidak cukup untuk memenuhi KKM yang berlaku di SMA-nya.
Nilai sosiologi, ulangan harian 1                  : 46
Nilai matematika, ulangan harian 1              : 55
Nilai PKn, ulangan harian 1                         : 67
Nilai Bahasa Inggris, ulangan harian  1         : 70
Hah, benar-benar bikin mumet. . . jadi males mau ngebahasnya…

Btw, ngapain juga aku ngebahas nilai-nilainya Tiara??? Aku kan mau cerita tentang “seseorang tanpa nama”… *bingung sendiri
Oke, to the point… (maaf ya, nyasar dikit… n,n)
*pulang sekolah, di parkiran
Seperti biasa setiap pulang sekolah anak-anak harus ngantri supaya bisa keluar. Begitu juga dengan Tiara, waktu itu dia markir motornya agak di belakang, jadi mau ngak mau dia harus nunggu yang depan keluar, baru dia bisa jalan… (sumpah, parkirannya sesek banget… beneran deh, kalo ngak percaya coba liad aja sendiri…)
Tiara duduk di atas motornya, sambil memantau situasi, apakah dia sudah bisa keluar atau belum… tiba-tiba… seseorang di sebelahnya menegur, (berhubung aku ngak tau siapa namanya, kita bilang aja anonimus. Oke?)
Anonimus                           : dek, abang ini salam. *sambil menunjuk temannya
Teman anonimus               : weeeh, enak jak… ndak ade dek, ndak ade… (kenapa Tiara dipanggil adek? Itu karena anonimus adalah kakak kelas tiara)
Tiara                                   : *hanya tersenyum tanpa tahu harus berbuat apa…
Setelah situasi agak lenggang, akhirnya Tiara dan anonimus bisa keluar. Eiiit, ternyata rumah mereka searah.
(dalam fase ini masih belum ada reaksi apapun. Dalam artian, rasa suka belum muncul)
Setelah itu, beberapa kali Tiara sempat melihat kak anonimus di jalan. Baik saat pergi sekolah, maupun saat pulang sekolah.
*Saat pulang sekolah, lampu merah bundaran untan. Paaaanaasss banget…
Tiara berharap lampu merah segera berganti hijau. Beberapa detik kemudia, lampu hijau menyala. Tiba-tiba dari sisi sebelah kanan kak anonimus menyalit melewati Tiara. “eh, itu kan kakak yang waktu itu… aaahhh, coba tadi pas lampu merah dia di samping aku… u,u” batin Tiara.
Sepanjang jalan Tiara berusaha agar jaraknya dengan kak anonimus tetap dekat… (dasar cewek centil ! -,-)
Nah, pada fase inilah Tiara mulai geregetan (apa yang dimaksud dengan geregetan? Jawabannya, dengarkan lagu Geregetan by Sherina Munaf). Perlu diketahuai Tiara sama sekali ngak tahu apa-apa tentang kak anonimus. Namanya, rumahnya, kelas berapa, jurusan apa, anak siapa, berapa bersaudara, berapa tabungannya, apa-apa aja warisan dari keluarganya. Tiara benar-benar ngak tahu. Yang Tiara tahu, kak anonimus itu kakak kelasnya (ya iya lah, yang itu juga aku tahu). Dan satu hal yang paling penting (bagi Tiara) kak anonimus itu CAKEP.
Setelah itu, Tiara selalu berharap bisa melihat wajah kak anonimus yang sekarang dianggap cakep oleh Tiara. Tiara berharap bisa bertemu saat pergi sekolah, saat di sekolah, saat di parkiran, saat pulang sekolah. (ngape ndak rumah u jak dipindahkan dekat rumah die Ra? Biar bise mandang sampai sore, sampai malam??? Luar biase… -,-)
Pernah hari itu (aku lupa kapan. Pokoknye hari itulah die…) Tiara ngak ngeliat muka kak anonimus. Dia Cuma liat kak anonimus udah di depan pagar, terus pulang. Cuma itu, ngak sempat liat mukanya. Saking kesal ngak liat muka kak anonimus Tiara sampe’ send all ke teman-temannya.
[emg susah y kalo ndk jodoh. Biar d pakse kn ky gmn pn tetap ndk ketemu !!! >,<]
Keesokan paginya tiara sengaja pergi awal berharap bisa bertemu kak anonimus, sayangnya ngak ketemu… *nyesek ! (hahaha, sabar ya Tiara :D)
Tapi, pas pulang sekolah Tiara sempat liat muka cakepnya kak anonimus.*Alhamdulillah. Tapi sayangnya tetap ngak bisa bareng. *hah, nyesek lagi… :D
Besok-besoknya tiara selalu bertatap muka dengan kak anonimus. Tapi tiara ngak berani nengur, kenapa ya??? Hahaha, ya jelas takut salting-lah… :D
Waktu Tiara latihan Drum Band di sekolah, kak anonimus juga datang. (aku ngak tau lo ya, kak anonimus ngapain di sana. Padahal kak anonimus bukan anggota DB. Jangan-jangan… kak anonimus… lagi nungguin pacarnya yang juga anggota DB??? *bikin Tiara panik. Hah ! :D)
Setelah itu Tiara sengaja pergi lebih awal karena ngak sempat sarapan di rumah. Setelah memarkir motor, Tiara langsung ke kantin. Saat duduk-duduk sendirian di kantin nugguin pesanannya datang Tiara menoleh ke parkiran. Eeeehhh, ada si cakep kak anonimus… deg-deg-deg. Tiara memalingkan muka perlahan, menenangkan suasana hatinya yang euphoria. Aaaa, ternyata kak anonimus singgah ke kantin, untuk beli permen. Saat melewati Tiara, kak anonimus sempat melirik, tapi cuma sekejap,kemudian berlalu. Tiara berharap bisa menemukan nama kak anonimus di bajunya, tapi sayangnya tak terbaca… (dasar tiara o’on… kemane mate u t??? liat betul-betul lah… >,<)


Sampai akhirnya pada suatu hari Tiara tahu siapa nama kakak cakep itu. Yup, dengan agak dipaksakan akhirnya Tiara menemukan akun FB kakak itu. Lalu dengan cara yang sangat cerdas Tiara juga tahu kelas kakak itu. (aku ngak bakal kasih tahu nama kakak itu ke kalian. :p)
Akhirnya diam-diam tiara bisa menguntit kakak itu. Membaca status kakak itu (meski Tiara sendiri tidak nge-add kak anonimus), memerhatikan kak anonimus dari selasar kelas, parkiran, koperasi, kantin, pokoknya setiap hari harus ngeliat muka kak anonimus.
Tapi sayang seribu sayang, makin lama kak anonimus makin jauh. Mungkin karena Tiara terlalu jual mahal dengan ngak mau senyum, nyapa, atau buang muka kalo ada kak anonimus. Atau mungkin kak anonimus sendiri udah punya gebeta? Gak tau juga deh ya.
Yang jelas kak anonimus kini makin jauh dari jangkawan. Ia seolah terbang tinggi ke angkasa. Tiara yang masih berpijak di bumi hanya bisa melihatnya yang makin kecil, kecil, kemudiam tak tampak lagi. . . akhirnya tiara sadar, mungkin memang sampai disinilah perasaannya bermuara. Di lautan lepas dengan ombak yang tinggi, yang kemudian tanpa perasaan menghantamkan semua angan tentang kak anonimus ke batu karang besar lalu hancur. Tega, benar-benar tega… kak anonimus yang tadi terbang tinggi kini sudah mencapai ketinggian maksimum, kecepatannya mencapai angka nol, ia tak kuasa menahan tarikan gravitasi bumi. Akhirnya kak anonimus pun terjatuh ke laut. Anehnya ia tak muncul lagi ke permukaan. Mungkin ia jatuh di segutiga Bermuda sehingga gaya hidrolik statis tidak berlaku. Kasian, kasian, kasian…
Aku ngak tau barusan ngomong apa. Yang jelas Tiara kini tidak lagi mendamba kak anonimus.
Semakin hari, yang terlihat adalah kak anonimus yang tebar pesona. Dan semakin hari pula, kak anonimus semakin minus di mata Tiara. Entah sebenarnya Tiara cemburu karena kak anonimus tidak tebar pesona kepadanya, atau memang Tiara benar-benar sudah tidak suka dengan tingkah polah kak anonimus yang sebenarnya itu.
Yang jelas kini tiada lagi yang namanya kak anonimus, semuanya sudah berakhir bagi Tiara. Ia sudah siap melanjutkan hidupnya, membuang jauh kenangan dan angan tentang dag-dig-dug dengan kak anonimus. Ia benar-benar siap soal itu.
“kini saatnya cuci mata lagi, berkelana mencari cowok-cowok cakep”, Tiara. :p

Merisa Suryani, siswa SMAN 3

Namaku Merisa, Merisa Suryani… beberapa bulan lalu aku baru aja tamat SMP, dulu aku SMPN 21 Pontianak dan sekarang aku siswa kelas X SMAN 3 Pontianak.
Aku ngak tahu tulisan ini bakal menimbulkan pro-kontra atau biasa-biasa aja… aku harap tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan setelah aku mem-posting tulisan ini.

Oke, cerita kita mulai…
Seperti yang aku bilang aku baru aja tamat SMP. Dari dulu, mama dan kakak aku selalu nyaranin untuk masuk SMAN 1 Pontianak. “yang kakak tahu sih SMA favorit tuh SMA 1, dek.” “SMA yang favorit tuh SMA 1, anak-anak teman mama pada sekolah di situ”. Yah, mama dan kakak berharap sekali aku bisa masuk SMA 1.
Tapi, anehnya teman-teman aku selalu bilang kalo yang favorit itu SMA 3. SMA 3? Favorit? Baru dengar…SMA 3 itu yang mana ya? Alamat sekolahnya di jalan apa sih??? Aduh, ngak tau…
Hahaha, iya, aku anaknya emang kuper, jarang jalan, jarang ngumpul, jadi ngak heran kalo aku ngak tahu jalan atau tempat yang mungkin emang belum pernah aku kunjungi… belum lagi aku bukan orang Pontianak asli, aku dari kampung. kampungku namanya Toho, eeiiittt, ini bukan Toho Jepang loh ya… Toho itu sebuah kecamatan di Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.
Dulu aku sempat bilang, “nanti SMA kita masuk SMA 1, yok !”. Terus teman aku jawab, “iiiihhh bagus lah SMA 3”. “SMA 1 kan favorit???”, bantah ku. “SMA 3 juga favorit…”. Ini baru permulaan…
Suatu hari teman les ku juga pernah bilang, “pokoknya kita harus masuk SMA 3, Mer. kau, aku sama Icha harus satu kelas di SMA 3”. Malas ngebantah, aku jawab aja “iyaaa”.
Anak-anak pintar di SMP aku juga berpikiran kalo SMA 3 itu SMA favorit… beberapa minggu sebelum penerimaan amplop kelulusan, aku sempat penasaran kira-kira juara umum di sekolah aku mau masuk SMA mana ya? SMA 1 atau SMA 3? Juara kelas 9f (kelasku ) juga, kira-kira mau masuk SMA mana ya? Dengan polos aku tanya aja, dan ternyata jawaban keduanya sama, SMA 3 !
Wew, teman-teman bahkan juara kelasku dan juara umum di SMP ku mau masuk SMA 3? Itu artinya SMA 3 emang benar-benar favorit kan???
@
Setelah pengumuman hasil kelulusan…
Semuanya (yang berkaitan dengan hasil kelulusan tsb) di luar perkiraan, kecuali 1: aku LULUS dengan nilai rata-rata tidak di bawah angka 8. Alhamdulillah… n,n
Perkiraan yang pertama: nilai ku tidak di bawah angka 8, baik nilai rata-rata maupun per-mata pelajaran. Kenyataannya, walaupun akhirnya nilai rata-rata ku di atas 8, tetap aja aku kesal. Karena nilai Bahasa Inggris ku cuma 7. Walaupun nilai itu akhirnya bisa ditutupi oleh nilai mata pelajaran yang lain, tetap aja aku kesal karena ini di luar perkiraanku.
Perkiraan kedua: aku bisa jadi juara 2 umum atau sejatoh-jatohnya juara 3 umum. Perkiraan ini diambil dari nilai-nilai hasil TO. Selama 3x TO, aku 2x di peringkat 2 umum dan 1x diperingkat ke-3. Kenyataannya, aku juara 5 umum. What??? Gila jauh banget… aku sempat depresi karena kenyataan pahit ini… aku benar-benar sedih… andai aja kalian tahu perasaan aku waktu itu… hiks…
@
Menjelang pendaftaran masuk SMA…
Aku mulai galau… benar-benar galau… setiap kepikiran rasanya pengen ngak mau punya otak aja… aduh pokoknya pusing banget deh. (kata pusing di sini hanya khiasan untuk keadaan yang benar-benar membingungkan).
Aduh, aku daftar dimana ya? SMA 1 atau SMA 3? Nilaiku 33,60… yah se-engak-nya nilai ini di atas standar, kalo aku daftar aku pasti diterima walaupun pada akhirnya tetap di urutan terendah… hm, bayangkan kalo akhirnya aku salah masuk sekolah… penyesalannya 3 tahun, atau mungkin bisa lebih… aduuuh, bagusnya aku masuk SMA 1 atau SMA 3 ya? Atau masuk SMA 9 aja biar dekat? Atau SMANSaSeRa? Aaahhh, BBB. Benar-Benar Bingung…
@
Akhirnya aku putuskan untuk masuk SMA 3. Beberapa temanku yang juga mendaftar di sana tidak diterima… sampai detik terakhir pendaftaran, namaku bertahan di urutan 105 dari 192 pendaftar.
Aku galau lagi… aku di terima, tapi teman-temanku ngak… ini harusnya aku senang atau sedih ya??? Urutan ke-105 dari 192 siswa, gila… banyak banget saingannya… 104 orang nilainya di atas aku, belum lagi 87 orang yang mungkin bisa menyaingi aku… aduuuh, yang ini bukan galau namanya, tapi PANIK !
@@
Kegiatan MOS dimulai…
Sebenarnya aku ngak mau ngebahas soal ini, tapi bagi aku ini sesuatu yang penting dalam perjalanan hidup aku selama jadi siswa SMA 3…
Intinya MOS 2011/2012 di SMA 3 benar-benar kacau ! (aku ngak peduli apakah guru-guru, kakak kelas maupun teman seangkatan berpikiran kontra, tapi inilah yang aku rasakan). Aku ngak bisa ngejelasin seberapa kacau keadaannya waktu itu, karena keadaannya yang emang kacau, belum lagi pas awal masuk SMA 3 anak-anak baru udah diingatin untuk berhati-hati dalam menggunakan jejaring social, jangan sampai mencemarkan nama baik sekolah… (mudah-mudan tulisan ini tidak mencemarkan nama baik sekolah (baik SMA 3 maupun SMA-SMA lain yang aku sebutkan dalam postingan ini… aku ngak mau punya nasib kaya’ Prita Mulyasari)
Kenapa kegiatan MOS aku bilang penting… itu karena kegiatan MOS ini adalah salah satu penyebab aku menyesal masuk SMA 3.
Penyebab-penyebab lain diantaranya kegalauan-kegalauan yang aku rasakan, terlalu banyak saingan di SMA 3, kalo aku ngak bisa masuk IPA gimana? Cita-citaku kan dokter… belum lagi bangunan sekolah yang bisa dibilang menyedihkan, yah, lantai papan, atap seng karatan… katanya sekolah favorit, di tengah kota, tapi kok bangunannya kaya’ gitu… yah, mungkin bagi sebagian siswa keadaan bangunan sekolah tidak terlalu penting, tapi bagi aku yang tamatan SMPN 21 Pontianak yang sering dikenal dengan “Sekolah Terpadu”, ini nih ganggu banget... belum lagi mantan teman sekelas ku di kelas 9f bilang gini, “aku bersyukur loh Mer ngak diterima di SMA 3, habis bangunannya itu loh, ngak banget…” kalian tau perasaan aku waktu itu kaya’ gimana??? Sakkiiittt, sakiiiitt banget, malu tau ngak rasanya…
@
Tapi, ngak tau kenapa sekarang rasanya berubah… biasanya ada sesuatu yang bisa merubah pikiranku, bisa itu omongan dari orang, bisa tulisan, bisa juga hal-hal yang secara nalar ngak masuk akal tapi mampu menginspirasi… yah, pokoknya gitu deh… tapi anehnya aku sendiri ngak tahu pasti angin apa yang merubah pikiranku yang tadinya nyesal banget udah diterima di SMA 3 jadi bangga udah bisa jadi siswa SMA 3.
Dimulai dari seorang teman sekelasku yang tanpa sengaja mengeluarkan pengakuan kepada seorang guru yang sedang mengajar, intinya tentang dia yang sebenarnya ngak niat masuk SMA 3. Katanya, dia dipaksa orang tuanya, dan sebenarnya dia ingin sekali bersekolah di SMA 7. SMA 7 bisa dibilang salah satu sekolah favorit di Pontianak, bukan karena anak-anaknya yang pintar tapi lebih ke prestasi dibidang non-akademik… temanku itu bilang anak-anak SMA 7 itu asyik, ngak tau deh ya se-asyik apa??? Hahaha,
Yah, bisa dibilang aku dan temanku itu nasibnya 11-12 lah ya... Aku yang sudah terlanjur termakan bujuk-rayu teman-temanku mau ngak mau harus bersekolah di SMA 3… huh, tragis banget.
kemudian guru yang sedang mengajar itu berkata, “kamu tau ngak, anak-anak yang ngak diterima di SMA 1 dan SMA 3 itu larinya ke SMA 7 dan SMA 4? Kamu harusnya bangga bisa masuk SMA 3. Ngak peduli deh kamu sebenarnya mau masuk SMA mana, tapi saat kamu sudah menjadi siswa di SMA 3 kamu harus ikhlas menjalaninya…”. Yup ! itu dy kata kuncinya… sebuah kata yang diawali huruf ‘I’ dan diakhiri dengan huruf ‘S’, ‘IKHLAS’…
Aku udah diterima di SMA 3, ngak peduli bakal banyak saingan, ngak peduli ngak satu sekolah sama teman-teman aku dulu, saat aku udah resmi jadi siswa SMA 3, inilah aku, Merisa Suryani siswa SMAN 3 Pontianak, aku benar-benar harus bangga akan hal itu…
Jadi kalo ada teman yang bilang, “ciiiiyyyyeee Merisa… SMA 3 diiieeee…” ahahaha, aku akan membalasnya dengan senyuman penuh bangga… Yah, aku bangga jadi siswa SMAN 3...

Sound effect: 

Reff:
.Kau lah terindah, selamanya senyum ceria bersama
Kau istimewa pertemuan antara ku dan dia
Di SMA 3

.Semua kenangan yang kita lewati
 Biarlah semua menjadi memory
Memory terinda yang kita miliki…
Kami bersatu dalam perbedaan
Sedih-senang ku jalani di sini
Belajar bersama tuk menggapai cita
Di SMA 3 tercinta…

Senin, 05 September 2011

Cinta VS cita

Bagiku cinta adalah sebuah emas yang sangat berharga, Sedangkan cita-cita hanyalah air putih biasa Pada kenyataannya, aku bisa hidup tanpa emas Tapi tanpa air putih, aku tidak bisa apa-apa Tak peduli seberapa besar cinta yang akan kau berikan, aku tak akan pernah mengorbankan cita-citaku [edit (s.a by Devy Pradipta “3smp31”)]

Sesuatu Yang Mungkin Saja Terjadi Tanpa Kau Sadari

*judul di atas terlalu panjang ya? Hehehe,

Joni, seorang laki-laki (atau tepatnya cowok kali ya…) yang beberapa bulan ini mengisi hari-hari Rina. (mengisi hari-hari di sini maksudnya hanya sekedar berhubungan lewat sms dengan frequensi yang lumayan intens. Bukan bertemu dan ngobrol setiap hari. Sama sekali bukan, mereka berdua sudah lama tidak bertemu, aku sendiri (penulis) tidak tahu kapan pastinya)
Joni, seorang cowok (ya udah, kita bilang aja cowok, ya biar terlihat muda) yang biasa-biasa saja. Maksudnya tidak jelek, tapi juga sama sekali tidak ganteng (jauh banget malah dari kata ganteng). Tidak terlalu pintar, tapi merupakan jebolan dari sekolah terbaik di kotanya saat tahun pelajaran dimana ia lulus UN. Badannya sama sekali tidak atletis, iya Joni itu gendut, pendek dan hitam. Terakhir Rina bertemu Joni, Joni masih lebih pendek dari pada dia, ngak tau deh kalo sekarang. Ya, biasanya siswa kelas IX SMP sudah menunjukkan tanda-tanda pubertas, tapi Joni sendiri lebih muda 1 tahun dari teman-temannya. Yah, mungkin karena dia terlalu awal masuk sekolah.
Sekitar  1 tahun yang lalu, Joni dan Rina dipertemukan di sebuah kelas yang sempit, di tempat bimbingan belajar yang lumayan terkenal di Indonesia. Yah, mereka waktu itu satu kelas, sama-sama sedang berjuang untuk menghadapi tantangan super, wuper, duper berat (bagi yang menjalani), UN ! yah, mereka waktu itu kelas IX SMP.
Saat itu mereka tidak terlalu dekat, karena masih baru dan perbedaan gender membuatnya sulit untuk saling dekat satu sama lain. Biasalah, remaja… temen dekat dikit udah diomong-omongin, di bilang PDKT lah, pacaran lah, ah pokoknya macem-macem deh. Males bangetkan kalo jadi bahan ejekan anak satu kelas, belom lagi kalo gosipnya ampe’ nyebar kemana-mana. Uh, bisa masuk infotaiment tuh… ngak bangget deh dikejar-kejar paparazzi…
NB: Tidak peduli seberapa banyak orang menzalimimu. Tetaplah tersenyum dan bilang, “Alhamdulillah yah, subhanallah yah” *kaya’ Syahrini… :v
Waktu itu Joni minjem hp-nya Rina, katanya sih pengen bluetooth lagunya JB. Eh, ngak taunya Joni diam-diam nyimpan nomornya di hp Rina dan nyimpan nomor Rina di hp nya dia tanpa sepengetahuan Rina. (ih, resek banget sih tu Joni. Dasar !)
Pas pertama kali Joni sms Rina, Rina kaget. Kok tiba-tiba ada nomornya Joni. “Joni SMP [tiiit]” (maaf ya disensor). “Ini siapa yang nyimpan? Kapan? Perasaan aku ngak pernah nyimpan nomornya Joni deh”, batin Rina bertanya-tanya. “Wah, jangan-jangan penulis nih yang punya kerjaan”. (eeehh, enak aja. Bukan, bukan aku, Joni yang simpan, beneran deh… iya bener, Joni yang simpan. Bener !)
Waktu itu Joni nanyain apa ya lewat sms??? Aaahhh, maaf ya reader, aku lupa… ngak marahkan??? Hhe… *ketawa garing
Pokoknya karena kesal Rina sempat ngerjain Joni. Rina bilang aja kalo dia bukan Rina Marlina, dia malah marah-marah sambil bilang kalo Joni salah nomor. Hahaha, jail banget tuh sih Rina. Joni hampir putus asa, akhirnya Joni coba tanya sama Galuh bener ngak kalo itu nomornya Rina. Karena Galuh ngak tau apa-apa, ya Galuh bilang aja “iya”. Yaahh ketahuan deh kalo Rina ngerjain Joni. Galuh… galuh… -,-
Yah, karena udah ketahuan mau ngak mau Rina akhirnya ngaku juga kalo itu emang nomornya dia. Sempat beberapa bulan sms-an, terus ngilang gitu aja. Terus beberapa bulan kemudian sms-an lagi. Yah, gitu deh... Biasalah Anak Baru Gede, masih suka bingung sama perasaan sendiri, masih suka cepat bosan dan pengen cari suasana baru. Namanya juga anak-anak… (???)

Waktu itu Joni sering banget sms Rina, bisa dibilang kaya minum obat kali. Iya ampe’ 3 kali sehari gitu. Pagi, pas bangun tidur, di inbox Rina udah ada sms nya Joni, “udh bngun?”. Siang, pas pulang sekolah, “udh plg?”. Sore, sebelum magrib, “udh mndi?”. Idih, ni orang kurang kerjaan ya??? Siapa sih dia, ampe’ Rina harus laporan tiap hari???  Kalo Rina “suka” sama Joni, ngebalas sms kaya gitu mah dengan senang hati. Masalahnya si Rina ngak ada perasaan apa-apa sama Joni. Nah, bawa’annya kan jadi ngak ikhlas.
Sempat waktu itu Rina udah ngak bisa nahan. Tanpa basa-basi Rina langsung nanya’, “u ne ngp c mz aq tiap hr? kurang krjaan ap? Mz tmn u yg laen jk b,”. Sontak Joni langsung tersinggung, terus Joni bilang kalo dia ngak punya banyak teman. Joni anaknya emang sombong, jadi wajar kalo ngak punya banyak teman. Galuh aja ngak suka sama Joni karena kesombongannya itu. Joni emang tajir, tapi sifat sombongnya itu loh bikin gemes. Kalo Rina sendiri sih ngak terlalu peduli ama sifat Joni yang satu ini (sebenarnya sih Rina sama sekali ngak peduli sama Joni dan sifat-sifatnya).
Sempat Rina nyaranin Joni untuk coba ng’Exis di FB. Dan setelah kejadian itu Joni jarang sms Rina, dan lama-kelamaan menghilang gitu aja. Rina sedikit menyesal, tapi ya sudahlah, waktu itu dia juga kan yang menginginkan semua ini? So what? Emang ini yang harusnya terjadi…
Beberapa bulan setelah UN. Joni sok-sok’an nanyain cowoknya Rina. Ntah waktu itu dia lagi lupa atau hanya sekedar basa-basi mau mastiin kalo Rina benar-benar masih single. (single loh ya, bukan jomblo. Bedanya, single itu prinsip, sedangkan jomblo itu nasip, kalo Ryan udah pasti demasip). Jelas Rina menjawab kalo dia ngak punya pacar. Eh, si Joni malah ngelunjak. “blh donk aq dftr lg?”. “what??? Dftr lg? pndftran blm d bka woi !!!”, Rina menjawab. Ah, dasar Joni selalu aja bikin kesal… joni… joni… -,- (“Joni kan dilahirkan untuk blak-blakan”. *iklan Exis)
Setelah itu mereka berdua dekat lagi (dalam artian sms’an dengan frequensi yang cukup intens).
Beberapa bulan kemudian, tepatnya beberapa hari sebelum lebaran Rina iseng ngebuka profil FB Rendy, cowok yang pernah Rina suka waktu kelas VIII. You know what happen? Status Rendy “berpacaran”, ngak jelas berpacaran sama siapa? (sebenarnya bukan ngak jelas, aku males aja mau munculin tokoh baru, takut reader pada bingung. Hehehe).
Spontan, Rina nge-Send.All temen-temennya tentang itu, termasuk Joni. Dengan ‘bahasa galau’ Rina mencoba melukiskan perasaannya saat itu. Dan saat itu juga Joni tahu bahwa ada seseorang di hati Rina, single bukan berarti benar-benar kosong kan?
Setelah itu Rina jadi suka galau, kadang tanpa sengaja dia ‘curhat colongan’ ke Joni. Joni yang (mungkin) menyimpan perasaan kepada Rina (mungkin) cemburu.
Beberapa hari setelah Lebaran, sms Joni mulai aneh, pokoknya ngak jelas gitu, iya kaya ngak niat gitu. Sms, terus balesnya lama banget, abis itu ngilang gitu aja (maksudnya ngak dibales-bales). Sampai akhirnya dia benar-benar ngak ada kabar (maksudnya ngak ngirim sms berhari-hari). Aneh, aneh banget deh, kok ada ya orang kaya gitu, aku aja yang nyiptain tokoh Joni bingung, hm, jangan sampe’ deh ketemu orang kaya gitu… (loh???)
Tapi yang lebih aneh lagi terjadi pada tokoh Rina. Ada Apa Dengan Rina “AADR”, (wah, kayanya ada obsesi buat nyaingin AADC nih… hehehe).
Rina jadi bingung sendiri, “nih Joni kemana sih? Kok ngak ngirim-ngirim sms??? Aneh deh???”. “Nih yang punya cerita begini siapa sih, kok ceritanya jadi ngak jelas gini???”
(eehhh??? kalo bingung kenapa ngak kirim sms aja Rin?) “lah, kan penulisnya kamu, harusnya kamu donk yang atur”. (oh iya, hehehe. Di sini kan kamu tokoh cewek yang sok jual mahal, masa’ kamu ngirim sms ke Joni duluan, ngak penting banget deh). “oh gitu, ya udah terserah kamu aja”
Nah lo… ngapain juga Rina nyari-nyari Joni, apa urusannya coba? Apa pentingnya Joni? Hello, anybody home??? (maaf reader, penulis emang kurang pandai menggunakan kata-kata berbahasa Inggris). Wah, kacau. Kayanya Rina mulai ada perasaan nih ama si Joni, wah gawat, bener-bener gawat. Ini ngak boleh terjadi, apa kata dunia? Bagaimana dengan bangsa Indonesia? Apa jadinya sayur tanpa garam??? Aaarrgghhhh…. Tidak !
Loh, emangnya kenapa kalo Rina punya perasaan ama Joni, yah sebagai teman dekat wajar donk ya Rina nyari-nyari Joni, kalo dia suka juga apa salahnya coba???
Masalahnya, Rina kan masih belum boleh pacaran, kalo dia khilaf gimana? Siapa yang tanggung jawab hayo? Pasti mamanya Rina marah ke aku. Ya iyalah, orang aku yang punya cerita. Kalo gini aku juga kan yang jadinya serba salah… -,-
Tapi kalo dipikir-pikir apa yang membuat Rina suka sama Joni ya??? Ganteng, ngak. Sispek, idih jauh banget, orang Joni badannya kaya Boboho gitu. Pinter, Joni ngak pinter-pinter amat kok. Baik, temen-temen cowok Rina banyak kok yang lebih baik dari pada Joni, kalo dipikir-pikir Joni baik apa coba? Ketemuan aja jarang, ngisiin pulsa ngak pernah, neraktir makan apalagi, boro-boro dibayarin nonton. (jiiiaahh, mulai deh penyakit matrenya kumat).
Pada dasarnya kita ngak pernah bikin janji sama orang yang kita suka kalo dia juga harus suka sama kita. Itulah yang terjadi pada Joni, dia tidak bisa memaksa Rina untuk suka sama dia.
Begitu juga dengan Rina, walaupun awalnya dia sama sekali tidak punya perasaan apa-apa kepada Joni, saat ia sadar Joni mulai menghilang tiba-tiba perasaan galau muncul.
Kenyataannya, sebagian besar orang tidak tahu pasti mengapa mereka bisa menyukai seseorang, ntah orang itu jelek, tubuhnya tidak sempurna, tidak pintar, tidak kaya, bahkan akhlaknya pun mungkin tidak terlalu bagus.
Saat kau menyukai seseorang, kau tidak akan terlalu peduli terhadap kekurangan-kekurangan mereka. Yang kau tahu hanyalah dia orangnya, orang yang kau suka, orang yang menarik perhatianmu, dan kau sendiri tidak tahu pasti mengapa. Karena (mungkin saja) itu terjadi tanpa kau sadari. Walaupun harus aku akui ini tidak terjadi pada semua orang… J
Oke, ini hanya cerita ‘fiktif’, terima kasih telah membaca. C u 2 d next story… bye…

Arti dirimu bagiku

.apalah arti hidup tanpa cinta .apalah arti cinta tanpa kasih .dan apalah arti diriku tanpa dirimu .apalah arti semua tanpa dirimu .tetaplah dalam pelukkanku, bersatu selamanya .karena cintaku hanya untukmu .memberikan semua yang terindah .karena kasih suciku hanya untukmu .takkan mungkin hilang dan takkan pernah sirna (s.a by Rabudin Arief “9f”)

Sebuah fakta mengejutkan

 Malam ini, malam k-5 lebaran. Kau dan temanmu datang bertamu. Hah, senang sekali rasanya. Kau ingat kapan terakhir kita bertemu? Ya, malam tahun baru. Sudah lama sekali (bagi ku), sekitar 9 bulan. Dan sepanjang  9 bulan itu, kau hanya beberapa kali mengirim sms. Ntah karena kesibukanmu atau karena adanya seseorang yang mungkin harus kau jaga perasaannya.  Hm, ntahlah, aku tidak terlalu peduli.
Kini kita benar-benar jauh, benar-benar jauh. Sesuatu yang dulu sempat menjadi tantangan bagiku, ”mampukah diriku ini jauh darimu?”. Dan kini terjawab. Jawabannya bukan “ya” atau “tidak”. Tapi lebih ke sebuah fakta mengejutkan.
Seperti yang ku bilang, kita benar-benar sudah jauh. Sampai aku lupa bagaimana rasanya deg-degan ada dihadapanmu, bagaimana rasanya salah tingkah di dekatmu. Benar-benar hilang. Semua perasaan aneh yang selalu aku rasakan saat bersamamu benar-benar hilang. Dan fakta mengejutkan yang aku maksud adalah sekarang kau bukan lagi seseorang yang membuat ku kasmaran.
Pertanyaannya, sejak kapan ini terjadi? Sejak kapan perasaan ini pergi menghilang? Sejauh apa aku telah melupakanmu? Aku benar-benar dibuat bingung, aku sendiri tidak menyadari hal ini sampai akhirnya tadi malam  saat bertemu denganmu aku merasa sangat santai, tak ada rasa deg-degan sama sekali.
Aneh, benar-benar aneh. Padahal dulu, membalas sms mu pun aku bisa merasa deg-degan. Hahaha, lucu, lucu sekali. Waktu itu aku benar-benar menyukaimu. Tahukah kau akan hal itu? Tapi kenyataannya, semua itu telah berakhir, tiada lagi deg-degan, tiada lagi kasmaran, tiada lagi penantian. Semuanya berakhir sampai di sini…

Sabtu, 03 September 2011

KAU ADALAH YANG TERBAIK

Kemarin, iseng-iseng ku buka profil FB mu. Saat melihat status hubungan mu, hampir ku meneteskan air mata. Status yang dulunya “lajang” berganti menjadi “berpacaran”. Ku coba tenang, ku coba sabar, menahan semua perasaan tak menentu di dada. Setelah beberapa saat, akhirnya bisa ku kuasai emosi ku. Bibir ku tersenyum, air mata tak jadi menetes. Untuk apa aku menangis? Kau temanku, saat kau bahagia dengan status baru mu aku juga harus merasakan hal yang sama. Yang jadi masalah adalah kau orangnya, orang yang pernah membuat hari-hari ku jadi kasmaran. Sudah lama memang ku coba untuk membuang rasa itu karena kontrak tak tertulis yang ku buat dengan ibu ku. Isinya “aku tidak boleh pacaran sebelum tamat SMA”. Tapi aku gadis biasa, 2 tahun yang lalu aku tak mampu menahan pesona mu, kau seseorang yang ku dambakan. Tinggi, kulit sawo matang, seorang olahragawan, umurmu lebih tua dari ku, kita seagama, dan selama dekat denganmu kita tidak pernah bertengar, bahkan berbeda pandangan pun tidak. Kalau pun ada, sungguh aku sudah melupakannya karena itu benar-benar jarang. Kau dewasa, pengertian, dan mau mengalah. Meski kau tidak pintar, meski kau tidak terlahir di keluarga yang kaya dan terpandang, kau benar-benar telah mencuri hati ku. 2 tahun yang lalu, hampir setiap hari kita berbalas sms. Aku selalu menunggu pesanmu, selalu ingin tahu kabarmu, selalu ingin menceritakan hari-hari ku pada mu. Kau bahkan sempat menyatakan perasaan mu pada ku, walau akhirnya aku menolak, kau tetap mau berhubungan dengan ku, kau tak pernah memaksa ku untuk backstreet, kau tak pernah menyatakan kalau kau kecewa dengan keputusan ku. Kau justru bisa memaklumi dan mendukung keputusan ku. Hal yang benar-benar tidak ku duga sebelumnya. Kau memang benar-benar gantleman. Meski aku tidak tahu pasti apakah yang mengirim sms itu adalah kau, apakah saat itu kau dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun, meski aku sendiri ragu apakah perasaanmu sama dengan ku, aku tetap merasa bahagia saat kau menyatakan perasaan itu. Aku senang, sangat senang. 2 tahun berlalu, tak seorangpun yang mampu menandingi pesonamu di mata ku. 2 tahun berlalu, tak pernah ada perasaan suka kepada orang lain, walau aku sendiri harus mengakui bahwa perasaan ku kepada mu memang sudah memudar. Setelah tahu status barumu, berjuta pertanyaan tiba-tiba datang, banyak tanda tanya yang berputar-putar di kepalaku menanti jawaban. .Siapa gadis itu?
Gadis yang mencuri perhatianmu, gadis yang sekarang mengisi hari-harimu, gadis yang mungkin sedang kau rindukan, yang selalu ingin kau tahu apa kabarnya, apa yang dilakukannya.
.Siapa namanya?
.Tinggal dimana dia?
.Dimana sekolahnya?
.Apakah aku mengenalnya?
.Apa dia teman ku?
.Secantik apa wajahnya?
.Sepintar apa dia?
.Sebaik apa akhlaknya?
.Kurus, tinggi, semampaikah dia?
.Putih muluskah kulitnya?
.Apa prestasinya?
.Apa yang membuat mu tertarik padanya?
.Apa?
Astaga. . . *aku tersadar.
Pertanyaan-pertanyaan itu hanya melintas di kepala ku. Sesungguhnya aku sendiri tidak mau mencari tahunya. Tersadar ku kini, kau telah bersamanya, kau bersamanya karena keputusanku, dan aku tidak boleh menyesal akan hal itu. Sekarang yang bisa ku katakan adalah “aku senang dengan status baru mu” :’) walau aku tidak tahu apakah kalimat itu akan sampai kepada mu, aku tetap ingin kau tahu bahwa aku di sini baik-baik saja. Percayalah. . . :’) Satu keyakinan ku, KAU ADALAH YANG TERBAIK, tapi itu 2 tahun yang lalu. Saat tibanya nanti, saat aku sudah tamat SMA, saat aku sudah boleh menjalin hubungan yang disebut dengan “berpacaran”, aku akan dapatkan seseorang yang lebih dari kamu. Aku percaya itu. . . :’)